Banyak pedagang swasta di Gaza menghilangkan garam air dan menjualnya kepada orang-orang di jalur tersebut. Biaya rata-rata sekitar Rp100 ribu untuk 1.000 liter air.
Sementara itu, Muhammad Saleem, dari lingkungan Al-Sheikh Redwan di Gaza utara, mengeluhkan gagal panen di kebun miliknya karena air terlalu tercemar.
“Semua tanaman saya mengering dan mati karena salinitas air yang tinggi dan klorida yang tinggi,” katanya.
Muhammad menambahkan bahwa “tidak mungkin” selama bertahun-tahun bagi dia dan keluarganya untuk menggunakan air keran kota untuk minum, memasak, atau kebutuhan lainnya.
Baca Juga: Eks Pegawai KPK Kini Berjualan Nasi Goreng, Iwan Fals: Makanan Terenak, kok Bisa ya Gak Lolos TWK?
“Jika tanaman mati karena air ini, bagaimana dengan tubuh manusia?” katanya seraya bertanya.
Di sisi lain, organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang situasi air yang memburuk di Jalur Gaza.
Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan dan Pemantau HAM Euro-Mediterania mengatakan air di Gaza tidak dapat diminum dan perlahan meracuni orang.
“Blokade Israel jangka panjang telah menyebabkan kerusakan serius keamanan air di Gaza, membuat 97 persen air terkontaminasi,” kata sebuah pernyataan bersama.