Arab Saudi Pulangkan Duta Besarnya dan Pertimbangkan Putus Hubungan Diplomatik dengan Lebanon

- 30 Oktober 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi bendera Lebanon./REUTERS/Mohamed Azakir.*
Ilustrasi bendera Lebanon./REUTERS/Mohamed Azakir.* /Pixabay/Jarono
 
PR DEPOK - Media pemerintah Arab Saudi mengumumkan bahwa duta besarnya di Beirut, Lebanon telah dipanggil pulang untuk konsultasi.
 
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Sputnik pada Sabtu, 30 Oktober 2021, Kerajaan Arab Saudi juga telah melarang semua impor dan ekspor Lebanon.
 
Selain itu, sebagaimana telah dilaporkan juga, Arab Saudi tengah mempertimbangkan untuk memutuskan hubungan diplomatik sepenuhnya dengan Lebanon.
 
 
Lebih luas lagi, Dewan Kerjasama Teluk (GCC), akan segera bertemu untuk membahas pengusiran semua duta besar Lebanon dari negara masing-masing.
 
Beberapa negara Teluk sangat dekat dengan kerajaan Saudi, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Kuwait, sementara Qatar telah memperbaiki hubungannya dengan blok Saudi selama setahun terakhir.
 
Tepat sebelum tengah malam pada Jumat kemairn, Kementerian Luar Negeri Bahrain mengatakan pihaknya juga menuntut duta besar Lebanon meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam.
 
Namun, pemerintah Bahrain mengklarifikasi bahwa warga Lebanon lainnya yang tinggal di sana tetap diterima dan tidak diminta untuk pergi.
 
Di lain sisi, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan dalam sebuah pernyataan Jumat malam bahwa dirinya menyesali keputusan kerajaan Saudi.
 
 
Ia juga mengimbau para pemimpin Arab lainnya untuk membantu Lebanon mengatasi krisis dengan Arab Saudi.
 
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan Jumat malam bahwa dirinyaa akan memimpin pertemuan darurat tingkat menteri pada hari ini untuk mencari peluang dalam mengatasi permasalahan.
 
“Karena kami yakin apa yang terjadi adalah masalah, dan bukan krisis dengan saudara-saudara kita di Arab Saudi dan negara-negara Teluk, dan ini bisa diatasi melalui dialog,” kata Habib.
 
Televisi Lebanon juga melaporkan bahwa Habib telah meminta Kordahi untuk "melakukan hal yang benar", termasuk mengundurkan diri.
 
Kritik Perang di Yaman Memperdalam Perselisihan
 
Hubungan antara kedua negara telah menurun setelah Menteri Informasi George Kordahi mengkritik perilaku koalisi pimpinan Saudi dalam Perang di Yaman.
 
 
Di mana koalisi negara-negara Sunni dan milisi lokal memerangi pemberontakan oleh gerakan Zaidi Syiah Houthi, yang menguasai ibu kota dan sebagian besar wilayah Yaman utara.
 
Dalam wawancara yang disiarkan pada awal pekan ini, Kordahi mengatakan bahwa Houthi membela diri melawan agresi eksternal dan menyebutkan rumah, desa, pemakaman, dan pernikahan mereka dibom oleh koalisi Arab Saudi.
 
Mikati mengatakan bahwa pernyataan Kordahi tidak mewakili pendapat pemerintah dan dia menegaskan kembali hubungan yang erat antara Lebanon-Teluk.
 
Komentarnya muncul setelah serangan udara selama dua minggu oleh Angkatan Udara Kerajaan Saudi terhadap serangan Houthi di Provinsi Mar'ib dan Shabwa, benteng terakhir di Yaman utara untuk pemerintah negara yang diakui secara internasional yang dipimpin oleh Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.
 
Rilis Arab Saudi pada Jumat menggambarkan komentar Kordahi sebagai "fitnah" dan "menyedihkan dan tidak dapat diterima."
 
"Ini juga datang selain kegagalan Lebanon untuk mengambil langkah-langkah yang diminta oleh Kerajaan untuk menghentikan ekspor obat-obatan dari Lebanon dan sebaliknya," ujar pernyataan itu.

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Sputnik


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x