Network
PR DEPOK – Sebuah hotel dengan kamar yang menghadap ke kandang harimau dengan kaca di Tiongkok timur telah diperintahkan oleh pejabat pemerintah untuk ditutup.
Pasalnya, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Daily Mail, hotel dengan pandangan langsung menuju harimau tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh pada kesejahteraan hewan buas itu.
Harimau putih yang terlihat dari kamar hotel yang berkeliaran di kandang berumput dipisahkan oleh kaca dari kamar di Hotel Rumah Pohon Suku Sendi di Nantong, Tiongkok.
Hotel ini terhubung dengan taman safari Hutan Nantong, salah satu kebun binatang berskala besar di kawasan ini dengan hampir 20.000 hewan liar.
Baca Juga: Polisi Sudah Temukan Tersangka Pelaku Dugaan Kekerasan Seksual pada Bocah 10 Tahun di Manado
Media pemerintah mengatakan harimau dan hewan lain dapat dengan mudah dilihat karena begitu dekat dengan kaca.
Meskipun para tamu dilindungi dari harimau dengan kaca anti pecah, media lokal mengatakan desainnya kurang mempertimbangkan keselamatan harimau.
Surat kabar milik pemerintah Tiongkok mengatakan perlu ada evaluasi lebih lanjut apakah desain itu cukup kedap suara untuk memastikan kesejahteraan hewan itu.
Hal itu disebabkan kaca satu arah dapat mengurangi gangguan pada hewan.
Hotel ini sudah menawarkan kamar-kamar dengan pemandangan menghadap jerapah, singa, dan zebra.
Penduduk ditetapkan untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada 1 Februari, menjadikan 2022 sebagai tahun Macan.
Baca Juga: Bandana Atta Halilintar Terjual Rp2,2 Miliar Melalui Lelang, Ini Sosok Pemenangnya
Hotel itu disebut menggunakan Tahun Macan sebagai gimmick pemasaran, mempromosikan ruang harimau menjelang perayaan.
Rumah Pohon Suku Sendi bukanlah hotel pertama yang mengiklankan kamar dengan pemandangan eksotis.
Tahun lalu, Harbin di timur laut Tiongkok mengungkap hotel beruang kutub pertama di dunia.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Rp370 Triliun untuk KUR Alumni Kartu Prakerja di Tahun 2022
Hotel itu dapat memberikan pengunjung melihat beruang kutub 24 jam sehari melalui jendela yang menghadap ke kandang beruang.
"Beruang-beruang ini tampaknya tidak memiliki udara segar, tidak ada ruang untuk berkeliaran, tidak ada privasi, tidak ada kedamaian, tidak ada pemandangan dan hanya stimulasi buatan," kata Simon Marsh, direktur pelaksana kelompok kesejahteraan hewan yang berbasis di Inggris, Wild Welfare.
Marsh menyebut bahwa kebun binatang dan fasilitas penangkaran lainnya harus memprioritaskan kebutuhan individu hewan mereka, bukan masyarakat.***
