Meski Lonjakan Tajam, Studi Baru Klaim Keparahan Penyakit Covid-19 akibat Omicron Justru Lebih Rendah

- 26 Januari 2022, 11:53 WIB
Studi baru sebut Omicron hanya sebabkan keparahan penyakit Coid-19 lebih rendah.
Studi baru sebut Omicron hanya sebabkan keparahan penyakit Coid-19 lebih rendah. /Pixabay/Alexandra_Koch

PR DEPOK - Sebuah studi baru di Amerika Serikat (AS) menunjukkan, Covid-19 varian Omicron menghasilkan tingkat keparahan penyakit Covid-19 lebih ringan dan rendah, daripada penularan tinggi yang disebabkan Delta.

Berdasarkan studi baru tersebut, pasien yang terinfeksi Omicron memiliki masa rawat inap lebih pendek, perawatan intensif lebih sedikit, serta kematian yang lebih sedikit.

Kendati lebih ringan, varian Omicron yang melonjak tajam karena penyebaran cepat telah membuat rekor infeksi dan rawat inap membebani sistem perawatan kesehatan di AS.

Baca Juga: Atta Hallintar Persembahkan Lagu Khusus untuk Baby A, Suami Aurel Hermansyah: InshaAllah Hari H Dikeluarin

Meskipun lonjakan tajam dalam kasus Covid-19, persentase pasien rawat inap yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) selama gelombang Omicron saat ini sekitar 29%.

Angka tesebut lebih rendah daripada selama gelombang musim dingin lalu dan sekitar 26% lebih rendah daripada selama gelombang Delta, studi tersebut diterbitkan pada hari Selasa di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Morbidity and Mortality Weekly Report ditemukan.

Tingkat keparahan penyakit Covid-19 yang lebih rendah selama periode Omicron kemungkinan terkait dengan cakupan vaksinasi yang lebih tinggi, penggunaan booster di antara mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan tambahan, serta infeksi sebelumnya yang memberikan perlindungan kekebalan, kata penelitian tersebut.

Baca Juga: Ciptakan Lagu Khusus untuk Baby A, Atta Halilintar Sempat Menangis Dengar Aurel Hermansyah Bernyanyi

Kematian pada periode 19 Desember hingga 15 Januari, ketika infeksi Omicron berada pada puncaknya, rata-rata 9 per 1.000 kasus Covid-19, dibandingkan dengan 16 per 1.000 pada puncak musim dingin sebelumnya dan 13 selama gelombang Delta, studi menunjukkan.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x