Ilmuwan Temukan Dua Lalat Kawin Terperangkap selama 40 Juta tahun Lalu

- 5 April 2020, 17:45 WIB
DUA fosil lalat membeku dalam keadaan kawin dalam sebuah getah damar di Australia.*
DUA fosil lalat membeku dalam keadaan kawin dalam sebuah getah damar di Australia.* /Science Alert/

PIKIRAN RAKYAT - 40 juta tahun yang lalu, di ujung selatan benua super Gondwana, dua serangga kawin secara tak terduga berhasil ditemukan oleh para ilmuwan.

Sepasang lalat berkaki panjang (Dolichopodidae) terperangkap dalam getah pohon dan tak bisa keluar. Momen itu berarti awal dan akhir dari hubungan cinta kasual ini hewan ini.

Dua lalat itu beku dalam keintiman, resin berubah menjadi kuning, dan saat-saat sanggama berubah menjadi sesuatu yang lebih abadi.

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari situs Science Alert pada Minggu, 5 April 2020, disebutkan bahwa pada 2011, pemandangan berharga ditemukan para paleontologis yang bekerja di Cekungan Otway Australia selatan.

Baca Juga: Donald Trump Minta Warga Pakai Obat Malaria untuk Lawan Corona, Abaikan Saran Ahli 

Pada awalnya, Jeffrey Stilwell, peneliti dari Monash University mengatakan dia tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya.

Bukanlah hal yang aneh jika makhluk purba kecil ditemukan dalam resin fosil tetapi untuk beberapa alasan jarang menemukan spesimen semacam itu di belahan bumi selatan, apalagi dua makhluk dibekukan dalam sedang kawin.

Palaeontolog Victoria McCoy, yang tidak terlibat dalam penemuan itu, mengatakan kepada The New York Times bahwa dia pikir gambar itu cukup jelas.

"Mungkin satu lalat terperangkap dalam damar dan satunya lagi sedikit bersemangat dan mencoba kawin," katanya.

Baca Juga: Hibur Pasien Virus Corona, Tim Medis Filipina Kenakan APD Teletubbies 

Stilwell menyebutnya damar 'Cawan Suci' karena ia memelihara organisme kuno dalam gambar abadi yang membuat dua lalat itu "tampak seperti mati kemarin".

Sampel damar yang sebelumnya diteliti, mengandung parasit dalam aksi dan makhluk dalam proses makan tetapi dua lalat kawin benar-benar mencengangkan.

"Ini adalah salah satu penemuan terbesar dalam paleontologi Australia," kata Stilwell.

Hingga saat ini, sebagian besar catatan penemuan damar berasal dari belahan bumi utara sehingga penemuan di Australia selatan ini cukup untuk mendorong pencarian yang lebih luas.

Baca Juga: Update Virus Corona Indonesia: Positif 2.273 Kasus, Jakarta Tertinggi 

Stilwell dan timnya mulai melihat situs-situs di seluruh Australia dan Selandia Baru dan hasil yang baru-baru ini diterbitkan memuat banyak sekali damar.

Damar tersebut berasal dari superkontinensia kuno Pangea Selatan yang ada selama periode Trias dan Gondwana Selatan, yang ada sejak zaman Kapur hingga periode Paleogen dan termasuk Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, India, Antartika, dan Australia.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Science Alert


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x