Lockdown Pandemi Corona Bikin Kualitas Udara Kembali ke Zaman The Beatles

- 12 April 2020, 13:18 WIB
ILUSTRASI The Beatles.*
ILUSTRASI The Beatles.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Pandemi virus corona membuat pemerintah di sejumlah negara memberlakukan kebijakan lockdown. Hal itu  terbukti telah membuat kondisi alam lebih baik

Namun, soal sampai kapan kondisi alam tersebut membaik, hal itu masih menjadi teka-teki.

The Guardian melaporkan, perubahan lingkungan yang pertama kali terlihat usai pandemi virus corona, terpantau dari ruang angkasa.

Setelah sejumlah negara menerapkan peraturan lockdown yang membuat terbatasnya aktivitas, manusia dapat merasakah bahwa langit yang terhampar biru terlihat amat jelas tanpa polusi.

Baca Juga: Seorang Pria Mencuri 8 Sepeda Motor untuk Membuat Kekasihnya Terkesan

Udara juga lebih bersih dan hasil akhirnya adalah kondisi paru-paru yang membaik sebab manusia selalu menghirup udara bersih dan segar.

Kesaksian dari Wuhan yang pertama kali memberlakukan kebijakan lockdown menyatakan, sejak jalan raya sepi kendaraan sejumlah pabrik tutup, langit tak seabu-abubiasanya yang dipenuhi polusi.

Jika diurutkan, kualitas udara terasa mulai membaik bermula dari Tiongkok, Italia, Inggris, dan Jerman.

Menurut laporan The Guardian, sejumlah negara terdampak virus corona telah mengalami penurunan produksi karbon dioksida dan nitrogen sebesar 40 persen.

Angka tersebut terbukti berhasil meningkatkan kualitas udara, mengurangi risiko asma, serangan jantung, dan penyakit paru-paru.

Baca Juga: Cek Fakta: Muncul Kabar Virus Corona Ditularkan Melalui Gigitan Nyamuk, Simak Faktanya

Bahkan, para ahli menyebut kondisi dunia di tengah pandemi virus corona merupakan kondisi dunia yang hidup tanpa bahan bakar fosil.

Beberapa dekade ke belakang, kondisi dunia dinilai begitu memprihatinkan. Pandemi virus corona setidaknya menyelamatkan dunia dalam jangka waktu pendek.

Di Inggris, perbandngan kepadatan lalu lintas Maret 2020 dengan Maret 2019 jauh berbeda. Pengurangan laju kendaraan di Inggris bahkan mencapai angka 70 persen.

The Guardian menyebut Inggris kembali pada masa The Beatles masih mengenakan celana pendek, saat kualitas udara dan alam masih asri.

PETA persebaran cahaya buatan manusia malam hari.*
PETA persebaran cahaya buatan manusia malam hari.*

Seismolog menggambarkan kondisi membaiknya alam di tengah pandemi sebaga "Planet yang Tenang". Pasalnya, tidak ada kebisingan manusia dan kebisingan budaya di dalamnya.

Tiongkok dikenal sebagai negara dengan produksi karbon dioksida terbesar di dunia. Namun, sejak pandemi virus corona, Tiongkok mencata penurunan emisi karbon hingga 18 persen awal Februari sampai pertengahan Maret 2020.

Baca Juga: Viral Video Polisi Lalu Lintas Ludahi Pengendara, Pelaku Akan Dimutasi

Pengurangan emisi karbon tercatat hingga 25 juta ton atau setara dengan lebih dari setengah produksi tahunan Inggris. Eropa diperkirakan akan mengalami penurunan emisi karbon hingga 390 juta ton.

Penurunan signifikan juga tentu akan terjadi di Amerika Serikat. Karbon dioksida yang dihasilkan dari mobilitas kendaraan di sana telah menurun hingga 40 persen.

Ada perkiraan planet bumi mengalami penurunan pertama terkait emisi global sejak 2008 ketika terjadi krisis keuangan.

Saat ini, banyak sektor ekonomi terpukul bahkan nyaris runtuh akibat pandemi virus corona, salah satunya adalah industri bahan bakar fosil.

Bahan bakar tidak begitu banyak dikonsumsi manusia akhir-akhir ini sebab mobilitas trasportasi tak berjalan normal. Akibatnya, harga minyak merosot hampir dua per tiga sejak 2019.

Penjualan mobil turun hingga 44 persen bulan Maret, kepadatan lalu lintas di jalan raya juga turun hingga 83 persen.

Lockdown di berbagai negara dinyatakan berpotensi menjadi berita baik bagi kondisi iklim. Sebab, bahan bakar minyak yang kini minim dikonsumsi merupakan sumber terbesar emisi karbon yang memanaskan bumi dan mengganggu sistem cuaca.

Sejumlah analis percaya penurunan emisi karbon bisa menjadi awal bagi tren penurunan emisi yang berkepanjangan. Sebab, penggunaan bahan bakar selama seabad terakhir menjadi salah satu penyumbang pencemaran terhadap atmosfer bumi.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah