Warisan Umat Manusia pada Dasarnya adalah Sampah

- 13 April 2020, 20:00 WIB
ILUSTRASI penumpukkan sampah yang harus dikurangi.*
ILUSTRASI penumpukkan sampah yang harus dikurangi.* /Foto Istimewa PR

PIKIRAN RAKYAT - Warisan umat manusia pada dasarnya adalah sampah.

Sampah menawarkan wawasan arkeolog tentang gaya hidup sehari-hari orang-orang di masa lalu.

Saat ini, manusia telah meninggalkan banyak sekali spesimen excavator masa depan.

Baca Juga: Laboratorium Wuhan Teliti Kelelawar dari Gua yang Diduga Jadi Asal Virus Corona

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari situs MSN Senin, 13 April 2020 menyebut kebanyakan orang Amerika menghasilkan sekitar 4,5 pon limbah setiap hari.

Pada abad ke-21 di seluruh dunia, lebih dari 40 juta pon bangkai telepon yang retak dan limbah elektronik lainnya setiap tahun.

Banyak yang dikirim ke negara-negara berkembang, di mana para pekerja mempreteli benda-benda berharga, seperti logam dan membuang sisanya.

Baca Juga: 7.000 Orang Diduga Terinfeksi Corona di Korut, Kim Jong Un Malah Gencar Tembakkan Rudal

Pendaurulangan ini akan meninggalkan sampah plastik, bahan kimia beracun, dan sisa logam yang memfosil.

Mundur ke abad 20, di Amerika Serikat, plastik dipopulerkan selama Perang Dunia II mulai mengambil alih kehidupan manusia ketika tentara tewas dalam pertempuran.

Tupperware pertama diluncurkan di pasar pada tahun 1946, diikuti oleh staples seperti batu bata Lego dan tas belanjaan.

Baca Juga: Cek Fakta: Viral Video Anak Gunung Krakatau Keluarkan Magma, Simak Faktanya

Manusia telah menggunakan dan membuang lebih dari 8 miliar metrik ton plastik sejak saat itu.

Ditarik lebih lampau lagi, pada abad ke-19 pada zaman Inggris Kuno, Revolusi Industri, yang dimulai sekitar tahun 1760, memicu peningkatan konsumerisme.

Sampah dari mansion Victoria di East Anglia dikemas dengan botol kaca sekali pakai dan wadah logam sebagai hasilnya.

Baca Juga: Ambil Peluang di Tengah Pandemi Corona, Petani Milenial Ini Raup Omzet Rp 100 Juta Sebulan

Sampah itu juga termasuk kepala bonek porselen yang tidak berwujud.

Masuk ke abad 18, New England, di tanah pertanian Kolonial, orang-orang benar-benar membuang jendela mereka.

Para arkeolog menemukan satu properti abad ke-18 yang penuh dengan botol-botol pecah, pipa pecah, dan tembikar yang hancur.

Baca Juga: Bukan Singapura atau Korea Selatan, Israel Jadi Negara Teraman dari Pandemi Virus Corona

Semuanya hancur tak bisa diperbaiki.

Pada abad ke-5, di Israel, tempat pembuangan sampah Bizantium seperti yang ada di Elusa (yang sekarang menjadi Gurun Negev) menjadi tempat peristiarahat terakhir untuk kerang, pecahan keramik, lubang zaitu, dan toples anggur.

Pembuangan karbon dari sampah menguhubungkan kerutuhan kota yang tiba-tiba oleh periode waktu yang sama dengan Zaman Es mini yang disebabkan oleh letusan gunung berapi terdekat.

Baca Juga: BERITA BAIK, 206 Warga Jabodetabek Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona

Terakhir, pada abad ke-2 SM, di Mesir, gurun gersang tempat pembuangan sampah di luar Kota Oxyrhynchus menyimpan 500 ribu serpihan papirus, kuitansi, formulir pajak, horoskop, dan karya-karya Sappho dan Sophocles yang terlupakan.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: MSN


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x