Peretas Korea Utara Beraksi, Cryptocurrency Senilai Ratusan Miliar Berhasil Dicuri Untuk Danai Program Rudal

- 7 Februari 2022, 16:00 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan jajaran kabinetnya.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan jajaran kabinetnya. /Reuters

PR DEPOK - Peretas Korea Utara dilaporkan telah berhasil mencuri cryptocurrency senilai ratusan miliar untuk membiayai dan mengembangkan program rudal balistik dan nuklirnya.

Laporan Dewan Keamanan PBB itu menyebutkan adanya indikasi 'percepatan' dari uji coba dan demonstrasi rudal jarak pendek oleh Korea Utara.

Ditemukan dalam laporan PBB bahwa serangan siber mencuri lebih dari Rp681 miliar aset digital antara 2020 dan pertengahan 2021 dari setidaknya tiga bursa cryptocurrency di Amerika Utara, Eropa, dan Asia.

Baca Juga: Eks Dirjen Kemendagri Jadi Tersangka Suap, Ali Syarief: Mereka Saja yang Rusak Negara

Serangan dunia maya tetap menjadi sumber pendapatan penting bagi pemerintah Kim Jong Un dan program rudal balistik dan nuklir Pyongyang.

Selain itu, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Mail pada Senin, 7 Februari 2022, Korea Utara terus mencari materi, teknologi, dan pengetahuan untuk program-program ini di luar negeri, termasuk melalui sarana dunia maya.

Penyelidikan PBB ini muncul setelah sebuah laporan awal oleh perusahaan analisis blockchain Chainalysis yang mengatakan Korea Utara meluncurkan setidaknya tujuh serangan pada platform cryptocurrency.

Baca Juga: Kemenkes Terbitkan Sertifikat Vaksin Covid-19 Internasional Sesuai Standar WHO, Cek Caranya di PeduliLindungi

Laporan perusahaan analisis blockchain Chainalysis itu menyebutkan bahwa Korea Utara berhasil mengekstraksi aset digital senilai hampir Rp5,7 triliun tahun lalu.

"Dari 2020 hingga 2021, jumlah peretasan yang terkait dengan Korea Utara melonjak dari empat menjadi tujuh, dan nilai yang diambil dari peretasan ini tumbuh sebesar 40 persen," tulis laporan itu.

Lebih jauh lagi, laporan PBB 2019 memperkirakan bahwa Korea Utara telah mampu menghabiskan setidaknya Rp28,7 triliun dari hasil kejahatan dunia maya untuk senjata.

Baca Juga: Camilla, Ratu Permaisuri yang Sempat Difitnah Perusak Pernikahan Putri Diana, Ini Perjalanan Hidupnya

Laporan PBB lainnya mengatakan peretas Korea Utara sekarang memperluas aktivitas menghasilkan uang mereka untuk mencuri rahasia militer, yang kemudian dapat mereka jual.

Korea Utara telah dilarang melakukan uji coba nuklir dan meluncurkan rudal balistik, tetapi mereka terus mengembangkannya dengan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

Dewan Keamanan PBB sebelumnya juga telah memberlakukan sanksi terhadap Korea Utara setelah ledakan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006.

Baca Juga: Alami Insiden Kecelakaan Sepeda hingga Jalani Operasi, Ganjar Pranowo Kini Sudah Langsung Masuk Kerja

PBB melaporkan 35 negara telah menjadi sasaran peretas Korea Utara, yang telah meluncurkan berbagai serangan terhadap lembaga keuangan dan pertukaran cryptocurrency.

Pada Januari 2021, tim peretas komputer Korea Utara menggunakan situs palsu untuk meretas peretas lain.

Google mengatakan pada saat itu peretas yang didukung Pyongyang memikat peneliti keamanan komputer ke situs blog tentang peretasan menggunakan profil media sosial palsu.

Baca Juga: Laporan Rahasia PBB Sebut Korea Utara Gunakan Cryptocurrency Ilegal untuk Danai Program Rudal dan Nuklir

Kemudian para peretas Korea Utara itu menggunakan metode rahasia untuk menginfeksi komputer korban guna mengekstrak informasi.

Para ahli mengatakan serangan itu mencerminkan upaya Korea Utara untuk meningkatkan keterampilan sibernya dan mampu menembus produk komputer yang banyak digunakan, seperti browser internet Chrome dan sistem operasi Windows 10.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah