Satelit NASA Berhasil Menangkap Foto Jernih saat Gunung Anak Krakatau Meletus

- 20 April 2020, 20:50 WIB
CITRA satelit Gunung Anak Krakatau dari NASA.*
CITRA satelit Gunung Anak Krakatau dari NASA.* /Science Alert/

PIKIRAN RAKYAT - Beberapa waktu lalu, salah satu gunung paling aktif di Indonesia, yakni Gunung Anak Krakatau meletus.

Gunung tersebut terletak di antara pulau-pulau di Indonesia, Jawa dan Sumatera, terletak di sebuah selat bernama Selat Sunda.

Gunung Anak Krakatau pun telah meletus lebih dari 50 kali pada tahun 2020. Aktivitas erupsi tersebut meningkat sejak 2008 setelah muncul pertama kali pada 1957.

Baru-baru ini, satelit LandSat8 telah menangkap foto yang jernih dengan bantuan Operational Land Imager (OLI).

Baca Juga: Beredar Foto yang Kagetkan Publik Dunia, Diduga Segel Pintu Unit Virus Laboratorium Wuhan 

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari situs Scicence Alert pada Senin, 20 April 2020, OLI menangkap gambar berwarna asli dari semburan asap yang menjulang di atas pulau pada 13 April 2020.

Warna putih bulu menunjukkan bahwa letusan itu mengeluarkan sebagian besar uap dan gas. Namun, jika banyak mengandung abu, warnanya akan lebih gelap.

Data inframerah di atas gambar, menunjukkan apa yang mungkin merupakan batuan cair atau magma.

Menurut Verity Flower, seorang ahli vulkanologi di Goddard Space Flight Center NASA, ada aktivitas vulkanik di dalam gunung tersebut.

Baca Juga: Gairahkan Wisatawan Pascapandemi, Kemenparekraf Siap Berkolaborasi dengan EO 

"Lokasi (warna putih) bulu-bulu itu menunjukkan bahwa itu berasal dari gunung berapi," kata Flower dalam siaran pers.

Flower dan rekannya juga menggunakan satelit lain untuk memeriksa Gunung Anak Krakatau tersebut.

Mereka juga mampu mengukur bentuk, massa, dan sifat penyerap cahaya dari partikel di dalam asap tersebut. Pengukuran itu menegaskan bahwa asap itu sebagian besar mengandung uap dan gas.

Partikel-partikel yang lebih kecil bersifat reflektif dan membuat kepulan asap tampak lebih putih.

Baca Juga: Marak Terjadi, Penyebar Hoaks Terancam Denda hingga Rp 1 Miliar 

Indonesia berada di wilayah 'Ring of Fire' di Samudra Pasifik. Tiga lempeng tektonik bertemu di wilayah itu. Dua dari mereka, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik, didorong di bawah Lempeng Eurasia.

Pada kedalaman sekitar 100 km (62 mil), Indo-Australia dan Pasifik sedang meleleh. Itu menciptakan aktivitas gunung berapi yang melimpah di kawasan itu.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Indonesia, beberapa batu pijar telah meletus ke permukaan Anak Krakatau beberapa hari sebelum letusan uap ini. Namun, jumlahnya tidak signifikan.

"Gunung Anak Krakatau menunjukkan ledakan kecil ini secara berkala selama beberapa tahun terakhir. Namun, itu dapat menjadi pemicu datangnya tsunami," kata Flower.

Baca Juga: Beredar Foto yang Kagetkan Publik Dunia, Diduga Segel Pintu Unit Virus Laboratorium Wuhan 

PVMBG mengatakan bahwa aktivitas gunung berapi baru-baru ini telah mengakibatkan beberapa bencana, termasuk lava pijar dan hujan abu.

Pihaknya juga telah memberi batas jarak aman 2 kilometer dari sekitar Gunung Anak Krakatau.

Di samping itu, meskipun berbahaya, aktivitas gunung berapi tingkat tinggi di Indonesia ada manfaatnya. Abu vulkanik telah membuat beberapa daerah sangat subur untuk pertanian.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Science Alert


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x