Tenggak Racun Tikus Agar Bantuan Cair, Pakar: Pemerintah Thailand Tak Bisa Lindungi Rakyat

- 1 Mei 2020, 03:50 WIB
PEMERINTAH Thailand tak kunjung cairkan dana sejak satu bulan lalu warga mengajukan permohonan bantuan.*
PEMERINTAH Thailand tak kunjung cairkan dana sejak satu bulan lalu warga mengajukan permohonan bantuan.* /Antara/

PIKIRAN RAKYAT - Bulan lalu, Pemerintah Thailand mengumumkan akan memberikan 15.000 baht atau setara Rp 7.170.000 kepada masyarakat terdampak virus corona, terkhusus bagi mereka yang tidak bisa lagi bekerja usai adanya pandemi.

Dilaporkan oleh Reuters, sasaran program bantuan ini juga mencakup karyawan yang bekerja di mal dan kegiatan bisnis lainnya yang dipaksa ditutup sejak satu bulan ke belakang.

Sayangnya, proses pembagian dana bantuan yang disiapkan oleh pemerintah dengan total 2,4 triliun baht atau setara 74 miliar dolar tersebut dinilai lamban dan cukup berbelit.

Pengajuan dana telah dibuat oleh masyarakat terdampak sejak satu bulan lalu, namun dana tak kunjung didapat.

Baca Juga: UPDATE Corona di Depok per Kamis 30 April: 10 Orang Sembuh dan 3 Kecamatan Catat Nol Kasus 

Masyarakat tak bisa lagi menunggu lebih lama terlebih pendapatan sehari-hari dari pekerja di sektor domestik juga kian berkurang.

Sebelumnya, seorang warga terdampak terpaksa meminum racun tikus di luar gedung Kementerian Keuangan Thailand sebagai bentuk protes atas dana bantuan yang tak kunjung cair.

Kabar terbaru melaporkan bahwa warga yang meminum racun tikus itu masih di rumah sakit untuk mendapatkan pemulihan, sementara juru bicara Kementerian Keuangan berjanji akan memberikan hak dana bantuan pada Rabu, 29 April 2020 bagi sang peminum racun.

Penantian pencairan dana bantuan Covid-19 bagi satu warga yang harus merelakan tubuhnya diisi racun tikus mungkin telah usai, namun hal itu tidak berlaku bagi jutaan warga Thailand lain yang belum juga dilirik oleh Pemerintah.

Baca Juga: Ramai Diperbincangkan, Bosscha Bantah Asteroid Apollo Berpotensi Tabrak Bumi pada 8 Mei 

Atas kondisi yang terjadi, Attachak Sattayanurak, dosen Universitas Chiang Mai mengatakan bahwa seorang rakyat memprotes pemerintah dengan cara menenggak racun tikus merupakan simbol dari masalah yang jauh lebih besar.

"Upaya bunuh diri publik mencerminkan keputusasaan absolut dari satu orang biasa yang mencoba mengirim pesan bahwa pemerintah tidak melindungi rakyat kecil," kata Attachak sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara.

Pada Selasa 28 April 2020, dalam pidatonya yang disiarkan di televisi nasional, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengaku sadar bahwa warga miskin sedang berjuang mati-matian di tengah pandemi virus corona.

"Kami melindungi seluruh warga dari semua sektor, baik petani, pekerja lepas, pekerja formal atau informal," kata dia.

Baca Juga: Umat Islam di Israel Terpaksa Gelar Salat Tarawih di Lapangan Parkir saat Masjid Ditutup 

Para ahli bisnis di Thailand memprediksi bahwa 26 persen tenaga kerja di negara itu, yakni sekira 10 juta orang akan kehilangan pekerjaan jika wabah tak kunjung selesai.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran diprediksi terjadi di sektor ritel dan konstruksi.

Menteri Keuangan Uttama Savanayana mengatakan bahwa ada 24 juta orang yang mengajukan permohonan bantuan.

Dia menjelaskan bahwa 7,5 juta orang telah menerima dana bantuan periode pertama dari total tiga periode pemberian dana yakni senilai 5.000 baht atau setara Rp 2.390.000.

Sebanyak 16 juta pendaftar dinilai memenuhi kriteria untuk mendapatkan bantuan, tetapi Uttama mengatakan bahwa hanya 10,6 juta orang yang disetujui untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Baca Juga: 1 Ton Kotoran Ayam Disebar untuk Cegah Festival Tradisional di Swedia 

Sementara itu, pakar ekonomi memperkirakan, 2021 akan menjadi tahun yang suram sejak krisis keuangan Asia pada 1997/1998 sebab adanya penurunan ekspor dan dampak berkepanjangan pada pariwisata, padahal Thailand dikenal sebagai penyedia pariwisata terbesar kedua di Asia Tenggara.

"Kondisi ini akan semakin buruk karena adanya kebijakan karantina wilayah yang mengganggu kegiatan ekonomi domestik," kata Nomura Charnon Boonnunch, seorang pakar ekonomi.

Hingga 30 April 2020, berdasarkan data dari Worldometer Thailand telah mengonfirmasi 2.954 kasus positif virus corona dengan total kematian 54 orang.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah