Tiongkok Tengah Buat Vaksin untuk Sembuhkan Virus Corona sebagai ‘Penebus Dosa’

- 10 Mei 2020, 03:05 WIB
Relawan di kota Xuzhou ikut serta dalam uji coba Tiongkok untuk menemukan vaksin COVID-19
Relawan di kota Xuzhou ikut serta dalam uji coba Tiongkok untuk menemukan vaksin COVID-19 /ABC

PIKIRAN RAKYAT - Di sebuah pusat medis di kota Xuzhou, Tiongkok, belasan orang dewasa yang sehat menjadi relawan untuk pengujian vaksin Virus Corona atau covid-19 pertama kalinya.

Mereka adalah termasuk sekelompok kecil orang Tiongkok, Amerika Serikat, dan Inggris yang sedang melakukan uji coba beberapa potensi vaksin kepada manusia.

Menurut salah satu perusahaan Tiongkok yang berada di belakag vaksin Xuzhou, Biotech mengatakan para relawan itu bekerja sepanjang waktu untuk memproduksi vaksin ini.

Baca Juga: Mata Jadi Jalur Utama Penularan Virus Corona, 100 Kali Lebih Berbahaya dari H5N1

Diketahui bahwa saat ini pemerintah Tiongkok sedang membuat vaksin untuk menyembuhkan virus corona. Vaksin itu nantinya akan diproduksi dan disebarluaskan sebagai ‘penebus dosa’.

Dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari ABC, Direktur Senior Sinovac Meng Weining mengatakan biasanya pengembangan vaksin akan memakan waktu delapan hingga 10 tahun.

“Untuk vaksin di tengah pandemi ini, kami berusaha sebaik mungkin untuk membuatnya secepat mungkin,” katanya.

Baca Juga: Peluang Asteroid Tabrak Bumi dan Timbulkan Petaka Global, Orbit Bumi Berubah Sedikit Bisa Berbahaya

Sinovac adalah sebuah perusahaan swasta yang didukung oleh pemerintah Tiongkok.

Sebelumnya, perusahaan ini juga bekerja untuk menemukan vaksin SARS. Tak hanya itu, mereka juga ikut terlibat dalam pembuatan vaksin flu burung dan vaksin untuk mengobati hepatitis.

Sejarah Permasalahan Tiongkok dengan Vaksin

Baca Juga: Harga Bitcoin Tembus Rp 150 Juta per Koin di Tengah Pandemi Corona, Belum Telat untuk Berinvestasi

Ada lebih dari 100 upaya vaksin covid-19 yang tersebar di seluruh dunia, tetapi sejauh ini, hanya delapan yang telah pindah ke tahap uji klinis. Dan lima di antaranya melibatkan perusahaan Tiongkok atau lembaga penelitian pemerintah.

Dua tahun lalu, skandal besar meletus ketika lebih dari 200.000 anak diberi vaksin difteri, tetanus, dan batuk rejan yang rusak.

Pabrik Changchun Changsheng biotech, yang membuat vaksin tersebut dihukum karena memalsukan catatan produksi dan inspeksi untuk vaksin rabies.

Baca Juga: Lopinavir Ritonavir, Ribavirin, dan Interferon Beta Kemungkinan Bisa Sembuhkan Corona

Selain itu, salah satu lembaga penelitian yang sekarang terlibat dalam uji klinis covid-19, Institut Produk Biologi Wuhan, dihukum karena pelanggaran produksi karena vaksin DPT pada 2016.

Akibatnya, anak-anak di dua provinsi harus diinokulasi ulang.

Tetapi satu masalah yang muncul yang dihadapi para ilmuwan Tiongkok adalah berkurangnya populasi orang dengan infeksi.

Baca Juga: Upadate Corona Depok Hari Ini 9 Mei 2020: Tambahan Kasus Positif 10, Orang Tanpa Gejala 1.370 Jiwa

Vaksin sebagai ‘Penebusan’

Meskipun tidak ada jaminan bahwa vaksin apa pun akan berhasil dikembangkan, akan sangat penting bagi Pemerintah Tiongkok jika perusahaan domestiknya menang.

Pemerintah Tiongkok mendapat banyak kritikan atas berbagai kesalahan di masa awal ketika terjadi wabah dengan menutup-nutupi informasi parahnya keadaan.

Baca Juga: Update Corona Indonesia Sabtu 9 Mei 2020: 553 Kasus Positif Baru, Total Menjadi 13.645 Orang

Hal inilah yang menjadikan otoritas Tiongkok membuat vaksin sehingga disebut 'penebus dosa'

Meski sejauh ini mereka sudah berhasil menghentikan penyebaran virus di dalam negeri. Tetapi banyak negara mendukung seruan Australia untuk melakukan penyelidikan internasional.

Sementara itu, beberapa politisi di Amerika Serikat (AS) sudah menyerukan adanya kompensasi dari Tiongkok.

Baca Juga: Alumni UII Penerima Beasiswa Australia Diduga Lakukan Pelecehan Seks terhadap 30 Wanita

Dan sama seperti di AS, beberapa ilmuwan Tiongkok telah secara terbuka membuat prediksi optimis tentang jangka waktu satu atau dua tahun, namun mereka yang bekerja pada vaksin harus lebih berhati-hati dalam pernyataan mereka.

"Saya tidak tahu seberapa cepat kami bisa melakukannya tetapi dibandingkan dengan proses normal, kita lebih cepat," kata Meng.

"Kurasa Kami sedang berusaha yang terbaik,” tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ABC News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x