Serangan di Afghanistan: Menlu AS Kecam Penembakan yang Terjadi di Rumah Sakit Dasht Barchi

- 13 Mei 2020, 17:30 WIB
Situasi di Rumah Sakit Darsh Barchi setelah kejadian penyerangan
Situasi di Rumah Sakit Darsh Barchi setelah kejadian penyerangan /BBC

PIKIRAN RAKYAT - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengutuk keras terhadap serangan militan kepada bangsal bersalin di Kabul, Afghanistan.

Dalam kejadian tersebut dua bayi, 12 ibu, serta perawat dikabarkan tewas ketika beberapa pria bersenjata menyerbu rumah sakit pada Selasa, 12 Mei pagi waktu setempat.

Sementara itu, di Provinsi Timur Nangarhar, telah terjadi pemboman di pemakaman yang menewaskan sedikitnya 26 orang dan 68 orang mengalami luka-luka.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Virus Corona Sengaja Dimasukkan Ke Tubuh Melalui Rapid Test? Simak Faktanya

Dikutip dari BBC News oleh Pikiranrakyat-depok.com, Pompeo menyebutkan bahwa tindakan penyerangan kepada orang yang tidak bersalah tidak dapat dimaafkan. Terutama penyerangan kepada bayi serta wanita di rumah sakit itu adalah tindakan kejahatan.

"Selama bulan suci Ramadhan dan di tengah-tengah ancaman covid-19, serangan ganda ini sangat mengerikan," ucap Pompeo.

Sementara itu, setelah terjadi serangan tersebut Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan dia memerintahkan untuk dimulainya kembali operasi ofensi terhadap Taliban dan kelompok lainnya.

Baca Juga: Diludahi Orang Tak Dikenal, Seorang Petugas Tiket Kereta Api Meninggal karena Virus Corona

Dirinya menuduh para militan telah mengabaikan seruan berulang-ulang untuk pengurangan kekerasan.

Kelompok Negara Islam (IS) mengatakan bahwa pihaknya berada di balik serangan terhadap pemakaman komandan polisi di Nagarhar, di timur negara itu.

Akan tetapi untuk penyerangan terhadap bayi, perawat, serta wanita di Rumah Sakit Dasht Barchi masih belum jelas, dan Taliban membantah telah terlibat.

Baca Juga: Terdampar di Lautan Selama 2 Bulan, Empat Orang di Kapal Royal Caribbean Pilih Akhiri Hidup

Serangan yang terjadi pada Selasa secara luas dikutuk oleh negara-negara di seluruh dunia dan kelompok-kelompok Hak Asasi Manuasia (HAM).

"Kejahatan perang yang tidak beralasan di Afghanistan hari ini (red. Selasa) membangkitkan dunia dengan kengerian yang terus dihadapi warga sipil." ujar Amnesty Internasional.

Sementara itu, melalui akun Twitter-nya, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan insiden tersebut merupakan serangan yang paling mengerikan.

Baca Juga: Rompi 'Koruptur' hingga Denda Rp 250.000, Denda yang Akan Diberikan kepada Pelanggar PSBB Jakarta

"Saya ngeri dengan serangan teroris yang mengerikan di Afghanistan ini. Yang mana serangan itu menargetkan para ibu, bayi baru lahir, dan staf medis." imbuhnya.

Sebelumnya, terjadi serangan di Kabul di mana dimulai sekitar pukul 10.00 waktu setempat pada hari Selasa, dan penduduk setempat menggambarkan bahwa mendengar dua ledakan kemudian suara tembakan.

Seorang dokter yang melarikan diri selama serangan itu mengatakan kepada BBC, sekitar 140 orang berada di rumah sakit ketika orang-orang bersenjata itu menyerang.

Baca Juga: Kasus Baru Covid-19 Kembali Muncul, Wuhan Rencanakan Pengujian Ulang untuk 11 Juta Penduduk

Dokter lain mengatakan bahwa terjadi kepanikan total pada saat serangan itu terjadi.

"Para penyerang menembaki siapa pun di rumah sakit tanpa alasan, itu rumah sakit milik pemerintah, dan banyak orang membawa wanita dan anak-anak mereka untuk perawatan." ujar seorang saksi bernama Ramazan Ali.

Untungnya dalam serangan tersebut sebanyak 100 wanita dan anak-anak, termasuk orang asing telah diselamatkan oleh pasukan khusus Afghanistan.

Baca Juga: Anak Paus Ditemukan Tewas Terdampar di Pantai Banten, Dugaan Kuat Akibat Cuaca Buruk

Dilaporkan bahwa para penyerang itu telah mendapatkan pakaian layaknya seperti polisi, semuanya dibunuh oleh petugas keamanan setelah pertempuran yang berlangsung berjam-jam.

Terlihat juga di tempat kejadian bahwa seorang tentara membawa satu bayi yang baru saja lahir ke tempat yang mana, terbungkus selimut bernoda darah.

Banyak staf asing tinggal di sebuah wisma di belakang rumah sakit tersebut.

Baca Juga: Warga di Bawah 45 Tahun Diminta Kembali Bekerja, LIPI: Rawan Tulari Lansia dan Mirip Seperti Italia

Kemudian seorang dokter yang berhasil melarikan diri bangunan itu mengatakan kepada BBC bahwa dirinya melihat ledakan di sana juga.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: BBC


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah