Analisis: Invasi Rusia Mengancam Hubungan Strategis China dan Ukraina

- 4 Maret 2022, 08:48 WIB
Ilustrasi - Sebuah analisis menyebut invasi Rusia terhadap Ukraina justru akan mengancam hubungan strategis China dan Kiev dalam perluasan militer negeri Tirai Bambu.
Ilustrasi - Sebuah analisis menyebut invasi Rusia terhadap Ukraina justru akan mengancam hubungan strategis China dan Kiev dalam perluasan militer negeri Tirai Bambu. /REUTERS/Viacheslav Ratyinskiy./

PR DEPOK - Invasi Rusia ke Ukraina akan mengancam hubungan strategis China dan Kiev dalam perluasan militer negeri Tirai Bambu tersebut.

Kendati hubungan China dan Ukraina dipengaruhi Amerika Serikat (AS), namun invasi Rusia saat ini dapat merusak hubungan trategis perdagangan dalam perluasaan militer China selama dua dekade terakhir.

Salah seorang analis militer China yang tinggal di Rusia, Vasily Kashin mengatakan, Ukraina disebut-sebut sebagai sumber teknologi militer bagi Tiongkok.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Akhirnya Sepaham Soal Koridor Kemanusiaan untuk Evakuasi Warga Sipil, Termasuk Gencatan Senjata?

"Ukraina selalu menjadi tempat berburu yang baik bagi teknisi militer China," ucap Vasily Kashin, sebagaimana dilansir Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

"Ada banyak hal di sana, dan dalam beberapa kasus lebih mudah untuk mendapatkannya daripada mendapatkan dari Rusia," tutur dia menambahkan.

Lebih lanjut, Vasily Kashin mengatakan bahwa dukungan diplomatik China terhadap Rusia akan menghancurkan hubungan Beijing dan Kiev.

"Hubungan seperti itu akan benar-benar hancur," kata dia menambahkan.

Baca Juga: Cerita Mahasiswa Asing Non Kulit Putih Korban Rasisme di Ukraina yang Berusaha Menyebrang ke Polandia

Peneliti transfer senjata dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm pun mengemukakan pendapatnya mengenai invasi Rusia ke Ukraina.

Menurutnya, China telah membeli mesin untuk pesawat latih, kapal perusak, tank, serta pesawat angkutnya dari salah satu kapal induk terakhir Uni Soviet dan badan pesawat jet tempur Su-33.

Terkait hal ini, salah seorang militer Asia mengatakan, Ukraina telah lama dicurigai sebagai sumber dari beberapa sistem komando dan kendali teknologi lain yang digunakan dalam perang.

Baca Juga: Rusia Tuduh AS Ingin Taklukkan Eropa dengan Terus Mengintimidasi Kremlin: Mereka Buat Stigma Rusia Pasti Jahat

Berdasarkan data SIPRI, China setiap tahun menghabiskan setidaknya antara 70 juta hingga 80 juta dolar untuk membeli sejumlah alat perang selama dekade terakhir ini.

Kemudian, sekira 319 juta dolar untuk menyediakan kendaraan serbu amfibi dan 380 juta dolar untuk mesin turbofan pesawat tempur JL-10.

Sebagai informasi, negara yang dipimpin Xi Jinping ini sangat bergantung terhadap teknologi Ukraina pada 1990-an dan awal 2000-an.

Baca Juga: Tak Goyah, Rusia akan Lanjutkan Operasi Militernya di Ukraina Sampai Akhir

Akan tetapi, ketergantungan itu semakin berkurang lantaran China telah mengembangkan kemampuan desain dan manufakturnya sendiri.

Hal tersebut diungkap oleh salah satu peneliti transfer senjata senior di SIPRI, Siemon Wezeman.

"Mungkin masih ada beberapa teknologi yang diincar China, terutama yang terkait dengan kedirgantaraan dan rudal," katanya.

"Secara tradisional, teknologi Ukraina menghasilkan kualitas yang mutakhir," tutur Wezeman menambahkan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah