Aksi Demonstrasi Picu Kebakaran Dekat Gedung Putih, 1.600 Tentara AS Dipindahkan ke Washington

- 3 Juni 2020, 12:11 WIB
POLISI berjaga saat para pengunjuk rasa menggelar aksi protes di area permukiman Uptown di Chicago, Amerika Serikat (AS) pada Senin, 1 Juni 2020.*
POLISI berjaga saat para pengunjuk rasa menggelar aksi protes di area permukiman Uptown di Chicago, Amerika Serikat (AS) pada Senin, 1 Juni 2020.* /ANTARA FOTO/Xinhua-Chris Dilts/hp/

PIKIRAN RAKYAT - Ucapan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Senin, 1 Juni 2020 yang akan menggunakan pasukan militer AS dalam menghentikan aksi demonstrasi pascakematian George Floyd nampaknya bukan suatu gertakan semata.

Dilaporkan dari Reuters, Pentagon telah memindahkan sekitar 1.600 tentara Amerika Serikat ke (AS) wilayah Washington, D.C.

Serangkaian aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd yang dilututi oleh anggota kepolisian di Minneapolis berujung kerusuhan hampir di setengah negara bagian AS.

Baca Juga: Mike Pompeo Akan Pertimbangkan Warga Hong Kong untuk Bisa Tinggal di AS 

Kericuhan besar pun terjadi di kota Washington, D.C. Tidak sedikit aksi pembakaran dan penjarahan juga dilakukan warga AS di sejumlah lokasi. Untuk mengantisipasi kerusuhan lebih lanjut, pasukan militer pun dikerahkan.

"Tentara-tentara itu ditempatkan di pangkalan militer di Wilayah Capitol Nasional tetapi tidak di Washington, D.C.," jurubicara Pentagon Jonathan Rath Hoffman mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan pasukan saat ini dalam "status siaga tinggi" tetapi tidak berpartisipasi dalam dukungan pertahanan untuk operasi otoritas sipil.

Pejabat senior pertahanan mengatakan bahwa pasukan akan pindah ke wilayah Washington, D.C. Pasukan termasuk polisi militer dan mereka yang memiliki kemampuan teknik, bersama dengan batalion infantri ditempatkan di sana, kata Hoffman.

Baca Juga: Balita Dilarang, Lansia dan Pedagang Dibatasi Waktu untuk Gunakan KRL 

Kerusuhan yang terjadi akibat pembunuhan George Floyd (46) merupakan yang terbesar sejak 1968 setelah pembunuhan Martin Luther King Jr, yang juga terjadi selama kampanye pemilihan presiden dan di tengah pergolakan demonstrasi anti-perang.

Di Santa Monica, toko-toko kelas atas dijarah di sepanjang Third Street Promenade yang populer di kota itu sebelum polisi bergerak untuk melakukan penangkapan.

Vandalisme juga terjadi bersamaan dengan pawai yang sebagian besar berlangsung damai di kota tepi pantai AS itu.

Lebih jauh ke selatan, di Long Beach pinggiran kota Los Angeles, sekelompok pria dan wanita muda menghancurkan jendela pusat perbelanjaan dan menjarah toko-toko sebelum mereka dibubarkan sebelum berlakunya jam malam pada pukul 6 sore waktu setempat.

Baca Juga: YouTube, Spotify, Amazon, dan Apple Music Dukung Kampanye 'Blackout Tuesday' 

Di Washington, D.C, pengunjuk rasa memicu kebakaran di dekat Gedung Putih, dengan asap yang bercampur dengan awan gas air mata mengepul ketika polisi berusaha untuk membubarkan mereka dari daerah tersebut.

Kekerasan sporadis juga pecah di Boston menyusul protes yang mulanya berlangsung damai dan berubah ketika para pegiat melempar botol ke arah petugas polisi dan membakar sebuah mobil.

Philadelphia mengumumkan pukul 6 sore sampai jam 6 pagi sebagai jam malam setelah seharian protes dan penjarahan.

Sementara itu beberapa ratus demonstran berpawai melalui pusat kota Miami meneriakkan, "Tidak ada keadilan, tidak ada kedamaian," melewati pusat penahanan di mana para narapidana dapat dilihat dari jendela-jendela sempit.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x