Siaga Perang Nuklir Pecah Gegara Rusia-Ukraina, Orang Kaya Borong Bunker Anti Bom Seharga Rp4 Miliar

- 15 Maret 2022, 09:03 WIB
Asap dan api membubung selama serangan Rusia di Kyiv, Ukraina 26 Februari. Perang ini dikhawatirkan memicu perang nuklir.
Asap dan api membubung selama serangan Rusia di Kyiv, Ukraina 26 Februari. Perang ini dikhawatirkan memicu perang nuklir. / Gleb Garanich/Reuters.

PR DEPOK – Banyak pihak yang khawatir jika invasi Rusia ke Ukraina berakhir dengan perang nuklir.

Sejumlah orang kaya di Eropa misalnya, mulai membeli shelter atau yang lebih dikenal dengan 'shelter bombs' sejak Rusia dan Ukraina berperang.

Sebuah perusahaan bunker mewah yang berbasis di Prancis, Artemis Protection, melaporkan bahwa pemesanan shelter mengalami peningkatan sejak Rusia menginvasi Ukraina.

Baca Juga: Tewasnya Ibu Hamil di Ukraina Jadi Salah Satu Momen Paling Brutal Invasi Rusia, Ini Kisah Tragisnya

Pendiri perusahaan Mathieu Seranne mengatakan dia telah menerima beberapa pesanan dan ada juga pelanggan yang mulai bertanya lebih detail selama dua minggu terakhir.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Vocket, harga bunker versi "premium" seluas 236 kaki persegi mulai dijual dengan harga 300.000 dolar atau Rp4 miliar lebih.

Bahkan, harganya dapat meningkat lebih dari 500.000 dolar atau Rp7 miliar lebih, tergantung pada permintaan pribadi dan jumlah yang dipesan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Turun Secara Signifikan, Luhut Sebut Penurunan Angka Kematian Masih Lambat

Dapat dipahami bahwa pelanggan bersedia menginvestasikan ratusan dolar untuk bunker untuk bertahan hidup jika perang pecah.

Bunket Antibom ini dibangun untuk kenyamanan pengguna bahkan selama musim perang.

Menurut Serene, 85 persen pelanggan Artemis Protection berasal dari Prancis. Sedangkan sisanya berasal dari Finlandia, Swedia, Norwegia dan Polandia. Sekarang ada juga permintaan yang datang dari pelanggannya di Qatar dan Arab Saudi.

Baca Juga: Berpacaran dengan Thariq Halilintar, Fuji Akui Merasa Banyak Pikiran: Kaya Aku Kurang Banget

Perang nuklir akibat invasi Rusia ke Ukraina memang diantisipasi sejumlah pihak.

Seorang mantan Menteri Luar Negeri Rusia Prof Igor Ivanov misalnya, turut membenarkan hal tersebut.

Maka dari itu, ia telah bergabung untuk menyerukan semua pihak agar perang Rusia-Ukraina kembali ke diplomasi.

Baca Juga: Ingin Seperti Atta dan Aurel, Thariq Halilintar Akui Ingin Dikawal Netizen hingga Menikah dengan Fuji

Hal ini menurutnya harus dilakukan karena bisa mengurangi risiko yang meningkat secara dramatis dari konflik nuklir, akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Seruan Ivanov, yang sekarang menjabat sebagai presiden Dewan Urusan Internasional Rusia, mungkin merupakan tanda bahwa beberapa pembuat kebijakan luar negeri Rusia percaya bahwa mengejar solusi militer murni di Ukraina adalah kesalahan strategis.

Sejumlah pihak juga mendukung gencatan senjata dan mengakhiri hilangnya nyawa warga sipil.

Baca Juga: Enggan Kembalikan Uang Pembelian Mobil Rp4 M dari Doni Salmanan, Arief Muhammad: Kami Akadnya Jual-Beli

Dukungan gencatan senjata dalam pernyataan itu ditandatangani oleh Ivanov dan sekelompok kelas berat kebijakan luar negeri seperti Wolfgang Ischinger, mantan ketua Konferensi Keamanan Munich, Sam Nunn, mantan senator AS dan ketua bersama dari Inisiatif Ancaman Nuklir, dan Des Browne, mantan Inggris. sekretaris pertahanan.

“Langkah pertama dan paling penting untuk mengurangi risiko kecelakaan, kesalahan, atau salah perhitungan adalah gencatan senjata untuk mengakhiri hilangnya nyawa manusia yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan, termasuk warga sipil yang tidak bersalah,” katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Dialog, diplomasi, dan negosiasi adalah satu-satunya jalan yang dapat diterima untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang dapat bertahan dalam ujian waktu.***

Editor: Gracia Tanu Wijaya

Sumber: The Guardian The Vocket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah