Terungkap Alasan AS dan G7 Bekukan Emas Rusia Atas Invasi ke Ukraina

- 26 Maret 2022, 16:15 WIB
Ilustrasi - Inilah alasan Amerika Serikat (AS) dan negara G7 terus memberikan sanksi ke Rusia atas invasi Ukraina.
Ilustrasi - Inilah alasan Amerika Serikat (AS) dan negara G7 terus memberikan sanksi ke Rusia atas invasi Ukraina. /REUTERS/Maksim Levin.

"Orang AS dilarang terlibat dalam transaksi apapun termasuk transaksi terkait emas yang melibatkan Bank Sentral Federasi Rusia, Dana Kekayaan Nasional Federasi Rusia, atau Kementerian Keuangan Federasi Rusia,” kata pihak Departemen AS, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera.

Aturan tersebut secara efektif melarang individu, termasuk dealer emas, distributor, grosir, pembeli, dan lembaga keuangan untuk membeli, menjual, atau memfasilitasi transaksi terkait emas yang melibatkan Rusia dan berbagai pihak yang telah dikenai sanksi.

Menurut Rachel Ziemba, seorang rekan senior di Center for a New American Security, larangan transaksi akan berlaku menerapkan sanksi sekunder pada orang yang berdagang emas dengan Rusia.

Baca Juga: Luhut Izinkan Tarawih Asal Sudah Vaksin Booster, Ketua KNPI: Bukan Presiden, Semua Urusan Mau Kau Atur

“Ini adalah cara lain untuk menutup celah sanksi, dan meningkatkan tekanan ekonomi pada entitas Rusia,” kata Rachel Ziemba.

Langkah itu sekaligus sebagai upaya untuk mencegah transaksi keuangan inovatif melalui negara lain yang terus berbisnis dengan Rusia.

Sebelumnya, sanksi terhadap elit Rusia, Bank Sentral negara itu, dan Putin tidak mempengaruhi stok emas Rusia.

Sebagai informasi, saat ini Rusia memiliki cadangan emas antara 100 miliar dolar hingga 140 miliar dolar, yang kira-kira merupakan 20 persen dari kepemilikan di bank sentral Rusia.

Baca Juga: Doddy Sudrajat Akhirnya Bertemu Gala Sky, Ayah Vanessa Angel Ucapkan Ini untuk Haji Faisal

Meski demikian, AS mengatakan bahwa Rusia dapat dan telah menggunakan emas untuk mendukung mata uangnya sebagai cara untuk menghindari efek sanksi.

Halaman:

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah