Perang di Ukraina Hari ke-118: Hampir Semua Pasukan Rusia Dikerahkan hingga Muncul Kekhawatiran Vladimir Putin

- 21 Juni 2022, 09:30 WIB
Orang-orang berjalan melewati sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak berat selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 21 April 2022.
Orang-orang berjalan melewati sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak berat selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 21 April 2022. /Alexander Ermochenko/REUTERS/

PR DEPOK – Sejak perintah operasi militer khusus diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari 2022 lalu, perang di Ukraina sudah memasuki hari ke-118.

Menghadapi perlawanan Ukraina, Rusia masih terus berupaya menguasai wilayah-wilayah yang diincarnya sejak awal.

Menurut laporan baru-baru ini, Rusia telah mengumpulkan hampir semua pasukannya untuk menyerbu permukiman di dekat kota timur Sievierodonetsk, Ukraina.

Baca Juga: Pengujian Massal Covid-19 di China Kini Sisakan Gunung Sampah

Menurut wakil menteri pertahanan Ukraina, Hanna Maliar, pertempuran dengan Rusia sedang berlangsung di wilayah tersebut.

“Pertempuran menentukan sedang berlangsung di daerah Sievierodonetsk dengan pimpinan Rusia yang bertujuan untuk mencapai perbatasan wilayah Luhansk pada akhir minggu,“ kata Maliar seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian.

Para pejabat Rusia menuduh Ukraina meluncurkan serangan rudal terhadap tiga rig gas di Laut Hitam selatan Odesa dalam eskalasi nyata upaya Kyiv untuk melemahkan dominasi maritim Rusia.

Baca Juga: Hari Musik Dunia: Sejarah hingga Pandangannya dalam Islam

Tujuh orang dilaporkan hilang dan tiga terluka setelah serangan pada hari Senin, menurut kepala Krimea yang diduduki, Sergey Aksyonov.

Sebaliknya, militer Ukraina melaporkan, sebuah gudang makanan di kota pelabuhan selatan Ukraina, Odesa.

“Pasukan Rusia menembakkan 14 rudal ke Ukraina selatan selama serangan tiga jam dalam kemarahan yang tak berdaya atas keberhasilan pasukan kami". Tidak ada warga sipil yang tewas,” katanya.

Baca Juga: Cara Daftar Ulang PPDB Jabar Tahap 1 2022, Lengkap dengan Syarat dan Tanggal Pendaftaran

Lebih lanjut, Rusia telah menuntut agar Lithuania segera mencabut larangan transit barang dalam daftar sanksi Uni Eropa di seluruh wilayahnya ke eksklave Rusia Kaliningrad.

Kementerian luar negeri Rusia menuntut Vilnius segera membalikkan apa yang digambarkannya sebagai langkah bermusuhan secara terbuka.

Kementerian juga mengatakan akan memanggil duta besar Uni Eropa untuk Moskow, Markus Ederer, atas larangan tersebut.

Di sisi lain, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menilai blokade Rusia terhadap ekspor jutaan ton gandum Ukraina adalah kejahatan perang.

Baca Juga: Romelu Lukaku Balik ke Inter Milan? ini Sosok yang Mungkin Jadi Striker Chelsea

“Kami menyerukan Rusia untuk membuka blokade pelabuhan. Tidak terbayangkan, orang tidak dapat membayangkan bahwa jutaan ton gandum tetap diblokir di Ukraina sementara di seluruh dunia orang-orang menderita kelaparan,” katanya.

Sementara itu, terkait situasi luar negeri, Turki mengatakan tidak menganggap KTT NATO minggu depan sebagai batas waktu akhir untuk menyelesaikan keberatannya terhadap Finlandia dan Swedia yang bergabung dengan aliansi militer.

Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, melaporkan tidak ada terobosan dalam pembicaraan di Brussels tetapi mengatakan diskusi antara Ankara, Stockholm, dan Helsinki akan terus berlanjut.

Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 34 Kapan Dibuka? Berikut Estimasi Waktu Pembukaannya

AS pun sedang dalam pembicaraan dengan Kanada dan sekutu lainnya untuk lebih membatasi pendapatan energi Moskow dengan memberlakukan batas harga minyak Rusia.

"Kita berbicara tentang batas harga atau pengecualian harga yang akan menekan harga minyak Rusia dan menekan pendapatan Vladimir Putin, sementara memungkinkan lebih banyak pasokan minyak untuk mencapai pasar global," kata Menteri Keuangan Janet Yellen.

Menurut Kanselir Jerman Olaf Scholz, Vladimir Putin khawatir akan percikan demokrasi bisa menyebar ke Rusia.

Baca Juga: 7 Ucapan Selamat HUT DKI Jakarta 2022 ke-495 Tersirat Makna dan Doa, Bisa Jadi Caption di Media Sosial

Maka dari itu, Presiden Vladimir Putin berusaha memecah Eropa dan kembali ke dunia yang didominasi oleh lingkungan pengaruh.

“Presiden Rusia harus menerima bahwa ada komunitas demokrasi berbasis hukum di lingkungannya yang tumbuh semakin dekat. Dia jelas takut percikan demokrasi menyebar ke negaranya,” kata Scholz.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, keputusan pencalonan Ukraina untuk keanggotaan ke Uni Eropa membuat Rusia sangat gugup.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Jenis Teh yang Mampu Meredakan Stres

“Kami bergerak menuju keputusan utama Dewan Eropa, yang akan diadopsi pada hari Jumat. Seperti yang saya prediksi, Rusia sangat gugup dengan aktivitas kami,” tuturnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah