Pemimpin Tertinggi Taliban Berpidato dalam Pertemuan Besar di Kabul, Begini Isi Pembicaraannya

- 1 Juli 2022, 20:45 WIB
Pemimpin Tertinggi Taliban Haibatullah Akhundzada diyakini saat ini berusia 70-an.
Pemimpin Tertinggi Taliban Haibatullah Akhundzada diyakini saat ini berusia 70-an. /Reuters handout/

PR DEPOK - Pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Haibatullah Akhunzada menghadiri pertemuan besar para pemimpin agama dan tetua di Ibu Kota Afghanistan, Kabul pada Jumat, 1 Juli 2022.

Kedatangan pemain tertinggi Taliban yang tidak difilmkan atau difoto di depan umum sejak kelompok itu kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu tersebut, disiarkan di radio pemerintah.

Sorak-sorai dan nyanyian termasuk "Hidup Imarah Islam Afghanistan", nama Taliban untuk negara itu, terdengar mengiringi kedatangan Akhunzada.

Baca Juga: Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia, Pengamat: Bukti Diplomasi Nyata di Tengah Konflik Perang

Dalam pertemuan tersebut, Akhunzada pun menyampaikan pidato di depan para pengikutnya.

“Keberhasilan jihad Afghanistan tidak hanya menjadi sumber kebanggaan bagi warga Afghanistan tetapi juga bagi umat Islam di seluruh dunia,” kata Akhunzada dalam pidatonya menurut Bakhtar News Agency.

Dia juga dilaporkan mengatakan dunia harus berhenti memberi tahu cara Taliban menjalankan negara.

Baca Juga: Mengapa Jadwal Hari Raya Idul Adha 2022 di Indonesia dan Arab Berbeda? Ini Penjelasan Kemenag

"Mengapa dunia mencampuri urusan kita? Mereka mengatakan 'mengapa Anda tidak melakukan ini, mengapa Anda tidak melakukan itu?' Mengapa dunia ikut campur dalam pekerjaan kita?” katanya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok-com dari Aljazeera.

Dalam pidatonya, Akhunzada juga memanjatkan doa untuk para korban gempa bumi kuat bulan lalu yang menewaskan lebih dari 1.000 orang di timur negara itu.

Munculnya Akhunzada telah dikabarkan selama berhari-hari meskipun media dilarang meliput acara tersebut.

Baca Juga: Cara Cek Penerima Bansos Juli 2022 Online

Lebih dari 3.000 pria diperkirakan akan menghadiri pertemuan tiga hari yang dimulai pada Kamis di Universitas Politeknik Kabul tersebut dan diperkirakan akan menghentikan kekuasaan Taliban atas Afghanistan.

Namun, perempuan tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam pertemuan tersebut meskipun laporan media menunjukkan pembukaan kembali sekolah perempuan akan dibahas.

Wakil Perdana Menteri Abdul Salam Hanafi mengatakan kepada penyiar RTA pada hari Rabu bahwa delegasi laki-laki akan mewakili perempuan.

Baca Juga: Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia, Pengamat: Bukti Diplomasi Nyata di Tengah Konflik Perang

“Kalau anak laki-lakinya ikut arisan itu berarti mereka juga terlibat,” ujarnya.

Habiba Sarabi, perempuan pertama yang menjadi gubernur provinsi Afghanistan tahun 2005 mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pola pikir Taliban adalah bahwa wanita harus tinggal di rumah.

“Mereka tidak percaya pada hak asasi manusia dan itulah mengapa tidak ada perempuan yang diundang ke dalam Loya Jirga,” kata mantan gubernur itu.

Baca Juga: Mengapa Jadwal Hari Raya Idul Adha 2022 di Indonesia dan Arab Berbeda? Ini Penjelasan Kemenag

Analis politik Lutfullah Lutf mengatakan pertemuan itu gagal mewakili opini politik yang beragam dan bahwa keputusan untuk mengecualikan perempuan berbicara untuk ideologi Taliban.

"Fakta bahwa kelompok tersebut mengecualikan mereka dari ranah politik menyedihkan dengan 50 persen penduduknya adalah perempuan,” kata Lutf kepada Al Jazeera.

Taliban telah sepenuhnya mengunci pengambilan keputusan sejak mengambil alih negara Afganistan dan menyebut pertemuan itu sebagai forum untuk mendengar berbagai suara tentang masalah yang dihadapi Afghanistan.

Baca Juga: Cara Cek Penerima Bansos Juli 2022 Online

Selain Akhunzada, Wakil kepala Taliban dan penjabat Menteri Dalam Negeri Sirajuddin Haqqani juga berbicara dalam pertemuan tersebut dengan mengatakan dunia menuntut pemerintah dan pendidikan yang inklusif dan masalah tersebut membutuhkan waktu.

"Silaturahmi ini adalah tentang kepercayaan, interaksi, kita di sini untuk membuat masa depan kita sesuai dengan Islam dan untuk kepentingan nasional," ucapnya.

Taliban secara khusus tidak menyebut pertemuan itu sebagai Loya Jirga, cara tradisional Afghanistan bagi para pemimpin lokal agar keluhan mereka didengar oleh para penguasa.

Baca Juga: Link Live Streaming Persib vs PSS di Perempat Final Piala Presiden 2022 Hari Ini Jumat 1 Juli 2022

Alih-alih menamakannya Loya Jirga, Taliban menyebut pertemuan itu dengan Konferensi Besar Ulama yakni istilah dalam Islam untuk ulama dan ulama.

Akhunzada yang diyakini berusia 70-an dan menyandang gelar "Panglima Setia," jarang meninggalkan Kandahar, tempat kelahiran dan jantung spiritual Taliban.

Selain satu foto tak bertanggal dan beberapa rekaman audio pidato, dia hampir tidak memiliki jejak digital.

Baca Juga: Westlife akan Konser di Surabaya, Yogyakarta, dan Bogor, Simak Jadwal dan Cara Beli Tiket Online

Kehadiran pemimpin tertinggi Taliban meningkatkan kewaspadaan keamanan di wilayah Kabul.

Pada hari Kamis, dua pria bersenjata ditembak mati di dekat tempat terselanggaranya pertemuan tersebut.

Para pejabat mengatakan keduanya mulai ditembak dari atap tetapi dengan cepat dihilangkan oleh mujahidin dengan bantuan Allah SWT”.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x