Mereka juga membakar rumah pribadi perdana menteri karena kemarahan terus tumbuh terhadap keluarga Gotabaya Rajapaksa, yang telah memerintah Sri Lanka selama hampir dua dekade terakhir.
Para pengunjuk rasa menyalahkan keluarga itu atas krisis ekonomi terbesar di Sri Lanka sejak kemerdekaannya.
Para ahli mengatakan krisis ekonomi Sri Lanka adalah hasil dari beberapa faktor, termasuk inflasi global dan penanganan ekonomi selama beberapa dekade.
Keputusan Gotabaya Rajapaksa untuk akhirnya mundur setelah penyerbuan rumahnya, datang sebagai langkah yang disambut baik ketika para pengunjuk rasa mencari perombakan total sistem politik Sri Lanka.
Sementara itu, anggota parlemen Sri Lanka telah setuju untuk memilih presiden baru minggu depan dan berjuang memutuskan susunan pemerintahan baru untuk mengangkat negara yang bangkrut itu keluar dari keruntuhan ekonomi dan politik.
Presiden baru Sri Lanka nantinya akan menjalani sisa masa jabatan Gotabaya Rajapaksa yang berakhir pada 2024, dan berpotensi menunjuk perdana menteri baru, yang kemudian harus disetujui oleh parlemen.***