Rusia Tak Ingin Hentikan Perang sebelum Misi Denazifikasi Dilakukan

- 27 Agustus 2022, 15:43 WIB
Ilustrasi perang
Ilustrasi perang /Pixabay/jarmoluk/

PR DEPOK – Rusia memberi ucapan keras tentang serangan militernya yang dilancarkan ke Ukraina.

Perundingan antara Rusia dan Ukraina yang berseteru itu selalu menemui jalan buntu tanpa adanya kesepakatan.

Rusia tidak akan menghentikan perang sebelum denazifikasi itu dilakukan di Ukraina.

Baca Juga: Link Live Streaming Arsenal vs Fulham 27 Agustus 2022: Derby London antara Pemuncak Klasemen dan Tim Promosi

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Jumat, 26 Agustus 2022, Moskow tidak akan menghentikan serangan militernya di Ukraina meskipun Kyiv secara resmi membatalkan keinginannya untuk bergabung dengan NATO seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari channelnewsasia-com.

Mantan Presiden Dmitry Medvedev, saat ini menjabat wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, juga mengatakan dalam sebuah wawancara televisi Prancis bahwa Rusia siap untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan syarat-syarat tertentu.

Moskow menjelaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak dapat diterima, bahkan dikatakan sejak sebelum invasi di Februari lalu.

Baca Juga: WHO Ungkap Kasus Cacar Monyet Global Turun 21 Persen, tapi Meningkat di Amerika

"Meninggalkan partisipasinya dalam aliansi Atlantik Utara sekarang penting, tetapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian," jelas Medvedev.

Rusia akan tetap melanjutkan serangan sampai tujuannya tercapai, yaitu 'men-denazifikasi' Ukraina.

Kyiv dan Barat mengatakan ini hanyalah dalih tak berdasar untuk perang penaklukan.

Rusia dan Ukraina telah beberapa kali mengadakan pembicaraan setelah invasi dimulai, tetapi masih belum menghasilkan kemajuan yang berarti.

Baca Juga: Lirik Lagu Talk that Talk - TWICE dengan Terjemahan Bahasa Indonesia

Dalam komentarnya, Medvedev juga mengatakan senjata AS yang sudah dipasok ke Ukraina seperti peluncur roket ganda HIMARS belum menimbulkan ancaman substansial.

Tapi itu bisa berubah seandainya senjata yang dikirim AS bisa mengenai target pada jarak yang lebih jauh.

“Artinya ketika rudal semacam ini terbang 70 km, itu satu hal, tapi ketika itu 300 km – 400 km, itu hal lain, itu akan menjadi ancaman langsung ke wilayah Federasi Rusia." Kata Medvedev.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah