Referendum yang Digelar Rusia di Sebagian Dianggap Penuh Tekanan

- 28 September 2022, 11:00 WIB
 Ketua Komisi Pemilihan Vladimir Vysotsky mengumumkan hasil awal referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk (DPR) ke Rusia, selama konferensi pers di Donetsk, Ukraina 27 September 2022.
Ketua Komisi Pemilihan Vladimir Vysotsky mengumumkan hasil awal referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk (DPR) ke Rusia, selama konferensi pers di Donetsk, Ukraina 27 September 2022. /REUTERS/Alexander Ermochenko

Referendum untuk menjadi bagian dari Rusia dianggap diselenggarakan dengan tergesa-gesa setelah Ukraina merebut kembali sebagian besar wilayah timur laut.

Parlemen Rusia segera dapat bergerak untuk meresmikan aneksasi dalam beberapa hari.

Baca Juga: Spanyol Taklukkan Portugal Setelah 80 Tahun, Penampilan Cristiano Ronaldo Dikritik

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa hasil referendum ini telah ditentukan sebelumnya.

Ia menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari semua organisasi internasional sebagai sanksi baru terhadap Moskow.

Volodymyr Zelensky menyebut pengakuan Rusia atas referendum palsu ini sebagai hal biasa. Penerapan skenario Krimea dan upaya lain untuk mencaplok wilayah Ukraina mengartikan bahwa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dengan presiden Rusia.

Baca Juga: PLN Batalkan Program Kompor Listrik, Bagaimana dengan Tarif dan Penghapusan Daya 450 VA?

Diketahui, Rusia mencaplok semenanjung Ukraina selatan Krimea pada tahun 2014 lalu.

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengungkapkan pada pertemuan itu bahwa isolasi dan sanksi hanya akan mengarah ke jalan buntu.

China telah memberikan dukungan diplomatik kepada Rusia sejak invasi Moskow pada 24 Februari lalu dan Zhang mengulangi seruan Beijing untuk negosiasi yang mencakup kepentingan sah masing-masing negara untuk mengakhiri konflik.***

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima

Sumber: Strait Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x