Dalam sebuah wawancara dengan MIT Technology Review pada tahun 2020, dia mengatakan bahwa dirinya menilai peran perusahaan kurang fokus pada pemikiran tentang kebebasan berbicara, tetapi memikirkan bagaimana waktu telah berubah.
Dalam dokumen pengadilan yang diajukan awal bulan ini, pengacara pria berusia 51 tahun tersebut menuduh eksekutif senior termasuk Agrawal, Gadde dan Edgett mengarahkan whistleblower Twitter Peiter Zatko untuk menghancurkan bukti kebijakan keamanan siber perusahaan di bawah standar.
Di sisi lain, rencana pasti CEO Tesla terhadap kelanjutan Twitter masih belum jelas.
Pasalnya, miliarder tersebut telah mengkritik kebijakan moderasi platform dan menekankan perlunya alun-alun kota digital bersama, yang mana berbagai pandangan dapat didiskusikan.
Para kritikus telah memperingatkan bahwa pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk dapat mengakibatkan lonjakan ujaran kebencian dan informasi yang salah.
Sedangkan kaum konservatif menyambut pembelian Twitter sebagai korektif terhadap apa yang mereka lihat sebagai cengkeraman Lembah Silikon dalam diskusi politik online.***