Uji coba solidaritas dimulai dalam lima tahap dengan melihat pendekatan pengobatan potensial Covid-19 dari pengobatan standar, Remdesivir, obat anti-malaria yang digaungkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Hydroxychlroroquine, obat HIV dan Lopinavir/Ritonavir yang dikombinasikan dengan Interferon.
Baca Juga: 'Mas Menteri' Nadiem Makarim Berulang Tahun ke-36, Polemik PPDB Agar Selesai Jadi Doa Warganet
Awal bulan ini, WHO menghentikan uji coba Hydroxychlroroquine pada pasien virus corona setelah penelitian menunjukan tidak adanya manfaat dari obat tersebut.
Kepala Program Kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan tidak bijaksana untuk memprediksi kapan sebuah vaksin bisa siap melawan virus corona, penyakit pernapasan yang telah menewaskan lebih dari setengah juta manusia.
“Sementara calon vaksin mungkin menunjukan kemanjurannya pada akkhir tahun, pertanyaannya adalah seberapa cepat vaksi itu diproduksi secara massal,” tuturnya kepada asosiasi jurnalis PBB di ACANU, Jenewa, Swiss.
Baca Juga: Peran Mensos Disinggung dalam Reshuffle Kabinet, Istri Juliari Batubara Pasrah
Hingga saat ini setidaknya terdapat 18 calon vaksin tengah diujikan pada manusia, dari jumlah tersebut belum tedcapat satu pun yang dinyatakan terbukti melawan virus tersebut.***