Kisah Pemilik Pengusaha Logistik di Jepang yang Berikan Bisnisnya secara Cuma-Cuma

- 4 Januari 2023, 15:45 WIB
Ilustrasi jalanan di Jepang.
Ilustrasi jalanan di Jepang. /Pexels/

Baca Juga: Pemerintah Jepang Beri Warga Ekstra Insentif hingga Rp57,01 Juta untuk Tingkatkan Angka Lahir

Merger dan akuisisi tidak dianggap baik. Banyak orang merasa lebih baik menutup perusahaan daripada menjualnya.

Nilai yang telah mereka tanam terhadap bisnis yang telah berjalan selama bertahun-tahun, atau bahkan berabad-abad, berasumsi bahwa anak-anak mereka atau karyawan terpercaya akan mengambil alih.

Mereka tidak tertarik untuk menjual pekerjaan seumur hidup mereka kepada orang asing, apalagi pesaing.

Baca Juga: Peringatan Pembantaian Nanjing, Idol K-Pop Asal China Absen di Asia Artist Awards 2022 Jepang

Kementerian perdagangan Jepang menyampaikan pada tahun 2021, pusat bantuan pemerintah dan 5 layanan merger dan akuisisi teratas menemukan pembeli hanya sebanyak 2.413 bisnis, sementara 44.000 bisnis lainnya ditinggalkan. Lebih dari 55 persen dari mereka masih untung ketika ditutup.

Banyak dari bisnis tersebut berada di kota kecil dan kota besar, di mana masalah suksesi berpotensi menjadi ancaman eksistensial.

Runtuhnya sebuah bisnis, khususnya di desa dapat mempersulit daerah itu untuk bertahan hidup, karena pengurangan populasi yang terus-menerus. Sehingga masyarakat akan berpindah ke perkotaan dan perlahan mengosongkan pedesaan.***

Halaman:

Editor: Rahmi Nurfajriani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah