Permafrost juga dapat disebut sebagai kapsul waktu, yang menyimpan sisa-sisa mumi dari berbagai hewan yang telah punah.
Baca Juga: Hari Ini 24.000 Pemudik Tinggalkan Jakarta Melalui Stasiun Pasar Senen
Dalam studi baru pada bulan Februari di Journal Viruses, oleh ilmuwan Prancis Jean-Michel Claverie mengklaim bahwa, timnya telah menguji berbagai sampel yang telah ditemukan, untuk menentukan apakah ada partikel yang dapat menular.
Mereka mengisolasi berbagai jenis virus kuno dari beberapa sampel permafrost yang diambil dari tujuh lokasi di seluruh Siberia.
Menurut Jean-Michel Claverie, virus yang ia temukan berusia 48.500 tahun, sedangkan yang termuda berusia 27.000 tahun, yang mana virus tersebut ia temukan di dalam perut mammoth.
"Kami melihat virus yang menginfeksi amoeba ini sebagai pengganti semua virus lain yang mungkin ada di permafrost. Kami melihat jejak dari banyak mikroba lainnya. Jadi, kami tahu mereka ada di sana tetapi kami tidak tahu pasti bahwa mereka masih hidup (atau tidak)," kata Jean-Michel Claverie, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari SportsKeeda.
Baca Juga: Dampak Terjadinya Gerhana Matahari Hibrida, Salah Satunya Bisa Menyebabkan Gangguan Navigasi
"Tetapi alasan kami adalah jika patogen amuba masih hidup, tidak ada alasan mengapa virus lain tidak akan tetap hidup, dan mampu menginfeksi inangnya sendiri," sambungnya.
Di sisi lain, menurut ilmuwan iklim NASA, suhu yang lebih hangat di Kutub Utara sudah mulai mencairkan permafrost di kawasan itu, dan jika terus mencair secara signifikan beberapa tahun kedepan, hasilnya bisa berakibat fatal.
Mikroba yang telah terkubur di tanah beku selama ribuan tahun, mulai melepaskan gas berbahaya, yang faktanya, beberapa wilayah permafrost sudah mulai melepaskan lebih banyak karbon daripada yang diserapnya.