Ambulans terlihat berjejer di perbatasan Rafah, antara Mesir dan Israel, menunggu dengan kesiapan penuh untuk menjalankan proses evakuasi. Suasana tegang dan penuh antisipasi mewarnai lokasi tersebut, mencerminkan urgensi dan seriusnya situasi di Gaza.
Dengan pintu perbatasan sebagai latar belakang, kehadiran ambulans menjadi simbol upaya penyelamatan di tengah konflik yang semakin intens antara pasukan Israel dan militan Hamas.
Baca Juga: Demi Cegah Penyebaran Cacar Monyet, Dinkes Kota Bandung Ajak Warga Terapkan PBHS
Sumber mengatakan kesepakatan ini, bagaimanapun, tidak terkait dengan isu-isu lain, seperti pembebasan sekitar 240 sandera yang ditahan oleh Hamas dan "jeda kemanusiaan" dalam pertempuran yang banyak negara minta tetapi ditolak oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Serangan Hamas terhadap selatan Israel pada 7 Oktober menewaskan sekitar 300 prajurit dan sekitar 1.100 warga sipil, menurut data Israel. Setidaknya 8.525 warga Palestina, termasuk 3.542 anak-anak, tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, kata kementerian kesehatan Gaza.
Kamp Pengungsi Terkena Serangan
Militer Israel mengatakan serangan Selasa di Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza, menewaskan Ibrahim Biari, seorang komandan Hamas yang dikatakan "kunci" dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober, serta puluhan pejuang Hamas.
Baca Juga: 6 Bakso di Pekalongan Paling Rekomen, Cita Rasanya Gak Bisa Diragukan!
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 50 warga Palestina tewas dan 150 luka-luka, sementara pernyataan Hamas mengatakan ada 400 tewas dan terluka di Jabalia, yang menampung keluarga pengungsi dari perang dengan Israel sejak tahun 1948.
Sebelas tentara Israel juga tewas dalam pertempuran sengit pada Selasa, kata militer Israel, kekalahan satu hari terbesar bagi pasukan bersenjata sejak serangan awal.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pada Rabu bahwa militan Hamas memiliki dua pilihan, "entah dibunuh atau menyerah tanpa syarat."