Baca Juga: Les Bleus Menang Gemilang 3-0: Timnas Perancis U-17 Kuasai Panggung Pembuka Grup E
Al-Maghari berfokus pada penampilan umum orang yang meninggal, menyeka darah dan debu, kemudian menuliskan nama mereka di kain kafan.
"Kadang-kadang saya menerima jenazah yang tidak memiliki ciri-ciri, karena pecahan peluru yang meledak,” katanya.
Di sini, saya mengikat kain kafan agar anggota keluarga tidak mengingat orang yang mereka cintai dalam keadaan yang begitu mengenaskan,” tambahnya.
Al-Maghari mengatakan jumlah mayat yang tiba di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa meningkat dua kali lipat setelah pengungsian massal sejak tanggal 13 Oktober.
Baca Juga: Terjemahan Lirik Lagu ‘Kalah’ dari Aftershine ft. Restiande, Masuk Trending Musik YouTube
Pekerjaan Al-Maghari dalam kondisi berbahaya ini tidak memberinya kesempatan untuk memikirkan keluarganya, yang tinggal di kamp pengungsian Nuseirat di pusat Kota Gaza.
"Seperti semua orang tua, saya mengkhawatirkan keluarga saya, tetapi saya hampir tidak bisa berkomunikasi dengan mereka atau diyakinkan," kata Maghari.
"Saya sering membayangkan bahwa anak-anak saya bisa menjadi salah satu korban yang akan saya kafani setiap saat," kata al-Maghari.
Baca Juga: Suka Dimsum? Cek 8 Kedai Dimsum di Jakarta yang Rasanya Enak dan Kenyal, Dijamin Ketagihan