Terkait dengan pembunuhan guru sejarah ini, pihak kepolisian setempat telah menembak mati penyerang segera setelah melancarkan serangannya tersebut.
Polisi juga telah menahan 11 orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Baca Juga: Soal Mobil Dinas, Nurul Ghufron: Menurut Peraturan, KPK sebagai Aparatur Negara Memang Difasilitasi
Sementara itu, ribuan orang yang berkumpul di sejumlah wilayah di Paris, Prancis, nampak mengenakan masker dan membawa tulisan-tulisan yang berbunyi “Mengajar ya, berdarah tidak” atau “Aku adalah Charlie” yang mengacu pada peristiwa serangan kantor percetakan majalah Charlie Hebdo, pada 2015 lalu.
“Kami di sini untuk membela Republik, nilai-nilai Republik: Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan, dan Sekularisme. Kami dapat merasakan bahwa bangsaini terancam,” ujar Pierre Fourniou.
Sebelum serangan terjadi, Paty telah menuai amukan warganet di media sosial karena tindakannya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad.
Baca Juga: Jika Joe Biden Menang di Pilpres AS Nanti, Donald Trump: Mungkin Saya Akan Meninggalkan Negara Ini
Atas insiden penyerangan ini, Pemerintah Prancis dikabarkan tengah mengerjakan strategi lebih baik untuk melindungi guru di negara tersebut dari ancaman kejahatan.
Mengenai hal ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron dijadwalkan mengadakan pertemuan keamanan dengan para menteri utama pada Minggu, 18 Oktober 2020, malam waktu setempat.***