"Tentu saja kami mempertahankan kemerdekaan kami, tetapi tidak ada keterlibatan ekonomi yang lebih dalam, dan China sekarang menjadi negara paling berpengaruh di dunia bagi Indonesia," ucap Dino Patti Djalal.
Di sisi lain, menanggapi permintaan pendaratan untuk pesawat mata-mata, Greg Poling, seorang analis Asia Tenggara dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional menilai hal tersebut sebagai keputusan yang ceroboh.
"Itu adalah indikasi betapa sedikit orang di pemerintah AS yang memahami Indonesia," imbuhnya.
Baca Juga: Meski Tingkat Kematian Masih Lampaui Angka Global, Kasus Aktif Covid-19 Indonesia Turun 6,7 Persen
"Ada batasan yang jelas tentang apa yang dapat Anda lakukan, dan jika menyangkut Indonesia, batasan tersebut adalah menaruh sepatu but di tanah (militer asing datang ke Indonesia red.)" tutur Greg Poling.***