PR DEPOK - Banjir lumpur di wilayah Bandung Utara, khususnya di Cimenyan, Kabupaten Bandung, telah menjadi kisah yang rutin terulang setiap tahun. Kejadian ini membawa dampak serius terutama bagi warga yang tinggal di jalur Sindanglaya, Arcamanik, Cisaranten, hingga Kota Bandung.
Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari akun Instagram @infojawabarat, mari kita mengupas lebih dalam mengenai fenomena banjir lumpur di Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Sumber Bencana: Perbukitan Bandung Utara
Banjir lumpur yang melanda Desa Cikadut pada jam 11.30 hingga 12.55 bukanlah kejadian biasa. Video yang diambil oleh petani dan relawan Odesa Indonesia, Ujang Rusmana dan Abdul Hamid, saat mereka mengirim bibit tanaman buah-buahan, memberikan gambaran jelas tentang kengerian yang terjadi di lokasi tersebut.
Aliran air beserta lumpur ini ternyata berasal dari lahan-lahan pertanian di Kawasan Bandung Utara, terutama di perbukitan Cikawari sebelah hutan Arcamanik, Sentak Dulang, dan Cisanggarung.
Setelah sampai di Cisanggarung, aliran ini melanjutkan perjalanan ke selatan melalui kali Sindanglaya, melewati Arcamanik, hingga mencapai Cisaranten di Kota Bandung.
Peristiwa yang Terulang Setiap Tahun
Kejadian ini tidak bisa dianggap remeh. Banjir lumpur tersebut telah menjadi peristiwa yang berulang puluhan tahun. Namun, banyak warga kota Bandung tidak menyadari alasan di balik kentalnya lumpur yang melanda setiap kali banjir. Inilah sumbernya.
Baca Juga: Ternyata Begini Mekanisme Modifikasi Cuaca dalam Upaya Mitigasi Bencana Banjir
Krisis Lingkungan yang Terabaikan
Mengapa banjir lumpur ini begitu kental dan terus berulang? Jawabannya terletak pada eksploitasi lahan pertanian di perbukitan Bandung Utara. Tanah yang digunakan untuk pertanian di kawasan ini rentan terhadap erosi, terutama saat hujan deras.
Petani yang mengandalkan lahan ini untuk mencari nafkah tidak sepenuhnya bersalah. Namun, perlu kesadaran kolektif untuk mencari solusi berkelanjutan.
Pengelolaan lahan pertanian yang lebih bijaksana, penerapan konservasi tanah, dan pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan karakteristik geografis wilayah dapat menjadi langkah-langkah menuju solusi.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Kolam Renang Terbagus dan Ratingnya Tinggi di Kabupaten Sidoarjo
Mobilisasi Masyarakat untuk Perubahan
Dalam menghadapi krisis lingkungan seperti ini, mobilisasi masyarakat menjadi kunci. Pendidikan dan kesadaran akan dampak dari aktivitas pertanian yang tidak berkelanjutan harus ditingkatkan.
Kolaborasi antara pemerintah, petani, dan masyarakat setempat dapat menciptakan langkah-langkah preventif yang efektif.
Penting bagi warga Bandung untuk tidak hanya menganggap banjir lumpur sebagai bencana tahunan yang tak terhindarkan. Dengan perubahan perilaku dan tindakan kolektif, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.***