"Saking banyaknya, sampai pernah dibukukan. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai tangki kilang yang pernah terbakar akibat petir termasuk di kilang Malaysia," ujar Zoro.
Menyinggung sambaran petir dinilai BMKG bukan sebagai penyebab kilang minyak Pertamina di Balongan terbakar, ujar Zoro, pernyataan lembaga itu terlalu dini.
Apalagi, Zoro menilai lightning detector yang dipunyai BMKG dianggap kurang akurat untuk melakukan evaluasi secara rinci lantaran ini dipakai lebih banyak untuk cuaca.
Bahkan, penggunaan lightning detection harus dievaluasi ini dari dua hal yaitu local accuration dan detection efficiency.
Baca Juga: Soal Penghentian BST, Azis Syamsuddin: Jika Dihapuskan, Upayakan Bantuan dalam Bentuk Lain
"Kalau mau evaluasi, kita harus menggunakan data yang baik dan alat yang canggih. Kalau peralatan BMKG itu agak berbeda," tutur Zoro.
Data satelit Himawari yang dinilai sangat akurat menyatakan pergerakan badai petir di Balongan terjadi pada sekitar pukul 0.00-3.00 WIB.
"Bahkan, menurut pengamatan Himawari, dari sore sampai pukul 05.00 pagi dan konsentrasi petir tertinggi justru berada pada waktu yang diklaim BMKG," ucapnya.
Dari hasil monitoring yang dilakukan BMKG dengan lighting detector menyebutkan kerapatan petir sekitar pukul 0.00-2.00 WIB berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan.***