Para peneliti menggunakan kombinasi teknologi seperti x-ray tomografi, survei radar dan penggalian arkeologi untuk mempelajari lebih dalam struktur, yang tak hanya menutup bagian atas gunung tersebut, melainkan juga bagian dari lereng seluas 15 hektar.
Dari hasil penelitian itu, tim peneliti menemukan bahwa Gunung Padang telah dibangun dengan lapisan-lapisan yang berkembang pada masa prasejarah.
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Vocket, Sabtu 5 Juni 2021, pada lapisan paling atas gunung tersebut mempunyai pilar batu, dinding, jalan setapak dan ruang besar.
Kemudian, pada lapisan kedua terdapat susunan batu-batu yang tersusun dalam bentuk matriks. Lalu untuk lapisan ketiga, ada rongga atau basement yang memanjang sejauh 15 meter.
Menurut para peneliti, pada lapisan keempat, yang merupakan lapisan paling bawah, mereka mengklaim lapisan itu terbuat dari batuan lava yang konstruksinya masih menjadi misteri.
Sedangkan terkait fungsi bangunan piramida kuno di Gunung Padang ini, para peniliti yang dipimpin oleh ahli Geofisika Danny Hilman Natawidjaja dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan, dibangun untuk keperluan ritual keagamaan.
"Gedung ini sangat besar. Orang menganggap prasejarah sebagai primitif, tetapi monumen ini membuktikan bahwa gagasan itu salah," ucap Natawidjaja.
Kendati demikian, klaim Natawidjaja itu justru masih dipertanyakan oleh beberapa pihak lantaran tak sedikit peneliti yang tak setuju dengan metode yang digunakan.