PR DEPOK – Ridwan Kamil merupakan Gubernur Jawa Barat (Jabar) yang dikenal nyentrik dan sering melontarkan humor dalam akun media sosial miliknya.
Baru-baru ini Ridwan Kamil disuruh tanggapi pejabat yang dalam mengelola akun media sosial terkesan monoton.
Menurut Ridwan Kamil, ketika dirinya berfoto dengan seorang laki-laki, maka akan bergaya jempol ke atas, namun jika berfoto dengan perempuan, akan bergaya dengan simbol cinta Korea.
“Makanya saya kalo selfi saya lihat, kalo cowok gayanya gini (jempol ke atas) paling aman, kalo dia perempuan, saya pasti (gaya simbol cinta Korea), tapi kalau laki-laki, saya nggak mau gini (gaya simbol cinta Korea),” ujar Ridwan Kamil sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari kanal YouTube Total Politik pada 5 Februari 2022.
Ridwan Kamil menyarankan kepada pejabat atau politisi memahami target audiensnya terlebih dahulu.
“Nah jadi intinya gini, menurut saya ya, kritikannya ya kita ini harus berkomunikasi sesuai audiens kita,” ujar Ridwan Kamil.
Seperti halnya ketika bersama dengan audiens generasi Z, Ridwan Kamil harus memiliki kosa kata yang sering digunakan oleh mereka.
“Kalo audiens kita anak generasi Z gen Z, ya kita harus, harus punya vocabulary yang sama dengan omongan dia,” ujar Ridwan Kamil.
Baca Juga: Link Lagu Stay Alive, OST Webtoon BTS 7Fates: Chakho, ARMY Jangan Lewatkan untuk Pertama Kalinya
Ketika bertemu dengan anak Jakarta Selatan (Jaksel), Ridwan Kamil harus menguasai kosa kata campur dengan bahasa Inggris.
“Kayak kita ketemu anak Jaksel kan, which is fine, sambil lesson learn-nya saja, jangan sampe burn out, kira-kira begitu kalimatnya, kalo lihat saya, oh family goals, itu Jakarta Selatan,” ujar Ridwan Kamil.
Namun ketika Ridwan Kamil berada di Bandung, maka menggunakan bahasa Sunda yang terkenal di kalangannya.
“Kalo ke Bandung saya rubah kalimatnya, kamu eta goreng patut (jelek), nah itu, seuseuh beungeut (cuci muka), nah itu khas-khas jadi menyesuaikan dengan objek,” ujar Ridwan Kamil.
Sehingga menurut Ridwan Kamil, alasan para politisi atau pejabat monoton dan tak kreatif dalam sosial medianya karena tak memahami audiensnya.
“Nah politisi-politisi itu tidak bisa menangkap audiensnya itu apa, makannya karena nggak kreatif tidak bisa tahu demografi, dia cuman (menirukan gaya monoton foto pejabat/politisi),” ujar Ridwan Kamil.***