Pemkot Depok Atasi Tawuran Pelajar dengan Pendekatan Agama, Pengamat Sosial UI: Permasalahan Utama Justru Sistem Pendidikan

12 Februari 2020, 15:04 WIB
ILUSTRASI tawuran antarpelajar.* /DOK. PR/Foto Istimewa PR

PIKIRAN RAKYAT - Memasuki tahun 2020, fenomena tawuran antarpelajar di Kota Depok terus menjadi.

Puncaknya pada Kamis, 31 Januari lalu, MNI (16) pelajar SMK Pancoran Mas meregang nyawa usai terkena sabetan senjata tajam di leher saat bentrok dengan SMK Baskara.

AQ (16) pelajar putus sekolah dari SMK Baskara, yang mengayunkan celurit ke leher MNI, mengatakan motivasi tawuran dipicu oleh dendam yang diwariskan secara turun-temurun oleh senior.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Wabah Virus Corona, Kucing dan Anjing di Tiongkok Kenakan Masker

Dia juga mengaku kepada polisi bahwa tawuran sebagai cara mencari eksistensi.

Kejadian tawuran dengan motif serupa hingga menyebabkan korban jiwa sudah terjadi beberapa tahun belakangan.

Data Polres Metro Depok mencatat 22 kali tawuran antarpelajar terjadi di sepanjang tahun 2019 dengan korban jiwa sebanyak 4 pelajar.

Baca Juga: WHO Resmi Ganti Nama Virus Corona Menjadi COVID-19

Akan tetapi, Pemerintah Kota Depok (Pemkot Depok) baru-baru ini saja merespon agak serius ihwal fenomena tersebut.

Wakil Wali Kota, Pradi Supriatna berdalih kajian yang dilakukan sejumlah pihak seperti dari Dinas Pendidikan (Didsdik) dalam mencari solusi baru saja rampung.

Hasil kajian menghasilkan dua pendekatan, pertama dengan cara keagamaan dengan dalih mempertebal spiritualitas pelajar.

Baca Juga: Lucinta Luna Ditangkap Karena Positif Benzo, Kenali Apa Efek dari Benzodiazepine

“Perbanyak kegiatan di luar kelas semisal di masjid atau majelis taklim. Urgensinya demi memperkuat dan mengisi emosi serta spiritual pelajar,” kata Pradi seperti dalam rilis pers yang diterima Pikiranrakyat-depok.com Rabu, 12 Februari 2020.

Cara kedua dengan memperbanyak kegiatan di luar jam akademik, terutama di SMA/SMK, yang tujuannya sebagai ruang bagi pelajar untuk berekspresi.

“Setiap anak punya bakat dan minat yang berbeda. Kegiatan ekstrakulikuler yang beragam bisa jadi kunci ,” ucapnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Ketergantungan, ini Penyebab Lainnya Lucinta Luna Gunakan Psikotropika

Selain dengan dua cara persuasif di atas, Pradi meyakini masalah tawuran antarpelajar bisa teratasi bila melibatkan semua pihak: aparat, sekolah, orang tua murid, hingga para alumni.

“Wali kelas, orang tua, dan guru konseling bisa saling berkoordinasi guna memantau secara kontinyu perkembangan anak,” tuturnya.

Merasa terpinggirkan

Baca Juga: 5 Fakta Penangkapan Lucinta Luna, Narkoba di Tempat Sampah hingga Identitas Penjual Dikantongi Polisi

Apa yang akan jadi upaya Pemkot Depok, tampaknya tak sampai menyentuh akar masalah di balik menjamurnya tawuran, khusus dalam poin pendekatan keagamaan.

Pengamat sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati menilai pelajar yang turun ke jalan untuk tawuran adalah mereka yang merasa terpinggirkan karena imbas sistem pendidikan nasional yang eksklusif.

“Tawuran antarpelajar didorong oleh motivasi berbasis simbolik atau identitas, sistem pendidikan nasional selama ini hanya memberi ruang untuk mereka yang berkemampuan intelektual, yang mendapat pujian hanya segelintir, sehingga sebagian pelajar mencari panggung ‘bawah tanah’ demi mencari eksistensi,” ujar Devie saat ditemui di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia beberapa hari lalu.

Baca Juga: Seleksi CPNS 2020: 34 Kasus Pelanggaran hingga BKN Blokir NIK Peserta SKD yang Gunakan Joki

Ketika pelajar yang merasa tak beroleh ruang di sekolah, kemudian menjadi celah yang dimanfaatkan oleh para senior atau alumni, yang sebenarnya juga merasa terpinggir dari tatanan sosial dan sedang mencari eksistensi.

Devie meminjam cara pandang ilmuwan sosial Benedict Anderson, yang menyebut lahirnya suatu fenomena bermula dari pembangunan imajinasi.

“Para senior dan alumni membangun imajinasi kepada para juniornya dengan pendekatan emosional yang memanfaatkan psikologis juniornya yang merasa tak mendapat ruang eksistensi di sekolah, sehingga dengan gampang saja juniornya terprovaksi dan melalukan tindakan irasional, cara paling gampang adalah menanamkan sentimen atau dendam terhadap lawan tawurannya,” ucapnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Tags

Terkini

Terpopuler