Pemkot Depok Atasi Tawuran Pelajar dengan Pendekatan Agama, Pengamat Sosial UI: Permasalahan Utama Justru Sistem Pendidikan

- 12 Februari 2020, 15:04 WIB
ILUSTRASI tawuran antarpelajar.*
ILUSTRASI tawuran antarpelajar.* /DOK. PR/Foto Istimewa PR

“Perbanyak kegiatan di luar kelas semisal di masjid atau majelis taklim. Urgensinya demi memperkuat dan mengisi emosi serta spiritual pelajar,” kata Pradi seperti dalam rilis pers yang diterima Pikiranrakyat-depok.com Rabu, 12 Februari 2020.

Cara kedua dengan memperbanyak kegiatan di luar jam akademik, terutama di SMA/SMK, yang tujuannya sebagai ruang bagi pelajar untuk berekspresi.

“Setiap anak punya bakat dan minat yang berbeda. Kegiatan ekstrakulikuler yang beragam bisa jadi kunci ,” ucapnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Ketergantungan, ini Penyebab Lainnya Lucinta Luna Gunakan Psikotropika

Selain dengan dua cara persuasif di atas, Pradi meyakini masalah tawuran antarpelajar bisa teratasi bila melibatkan semua pihak: aparat, sekolah, orang tua murid, hingga para alumni.

“Wali kelas, orang tua, dan guru konseling bisa saling berkoordinasi guna memantau secara kontinyu perkembangan anak,” tuturnya.

Merasa terpinggirkan

Baca Juga: 5 Fakta Penangkapan Lucinta Luna, Narkoba di Tempat Sampah hingga Identitas Penjual Dikantongi Polisi

Apa yang akan jadi upaya Pemkot Depok, tampaknya tak sampai menyentuh akar masalah di balik menjamurnya tawuran, khusus dalam poin pendekatan keagamaan.

Pengamat sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati menilai pelajar yang turun ke jalan untuk tawuran adalah mereka yang merasa terpinggirkan karena imbas sistem pendidikan nasional yang eksklusif.

“Tawuran antarpelajar didorong oleh motivasi berbasis simbolik atau identitas, sistem pendidikan nasional selama ini hanya memberi ruang untuk mereka yang berkemampuan intelektual, yang mendapat pujian hanya segelintir, sehingga sebagian pelajar mencari panggung ‘bawah tanah’ demi mencari eksistensi,” ujar Devie saat ditemui di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia beberapa hari lalu.

Baca Juga: Seleksi CPNS 2020: 34 Kasus Pelanggaran hingga BKN Blokir NIK Peserta SKD yang Gunakan Joki

Ketika pelajar yang merasa tak beroleh ruang di sekolah, kemudian menjadi celah yang dimanfaatkan oleh para senior atau alumni, yang sebenarnya juga merasa terpinggir dari tatanan sosial dan sedang mencari eksistensi.

Devie meminjam cara pandang ilmuwan sosial Benedict Anderson, yang menyebut lahirnya suatu fenomena bermula dari pembangunan imajinasi.

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah