Kisah Mukhlis Petani Belimbing Dewi di Kota Depok, Bertahan Ditengah Pesatnya Pembangunan Perumahan

- 11 Maret 2020, 08:15 WIB
Pohon Belimbing Dewi milik salah satu petani yang dipamerkan dalam Festival Belimbing di Balaikota Depok, Selasa 10 Maret 2020 lalu
Pohon Belimbing Dewi milik salah satu petani yang dipamerkan dalam Festival Belimbing di Balaikota Depok, Selasa 10 Maret 2020 lalu /Amir Faisol/PR

PIKIRAN RAKYAT - Belimbing Dewi diakui telah menjadi identitas Kota Depok sejak puluhan tahun silam.

Mulanya, buah belimbing diyakini tumbuh di Jalan Benda, Jeruk Purut, Kemang kemudian menyebar di sekitar wilayah Depok dari Kelapa Dua, Sawangan, Citayam, Bojong Gede bahkan Kecamatan Cariu dan Jonggol di wilayah Kabupaten Bogor.

Belimbing Dewi salah satu varietas yang bertahan di pasaran sejak tahun 1990an hingga sekarang tahun 2020 lantaran lebih unggul dari yang lainnya seperti Belimbing Paris, Bangkok, dan Sembiri.

Baca Juga: Cegah Semakin Meluasnya Wabah Virus Corona, Pemprov DKI Jakarta Berencana Kucurkan Dana Rp 54 Miliar

Salah satu petani Belimbing Dewi di Kota Depok, Mukhlis menuturkan budi daya Belimbing Dewi cukup mudah, tidak rumit.

Hampir tidak ada kendala yang berarti lantaran tanaman ini bisa ditanam di lahan sempit seperti di pakarangan, bisa juga ditanam menggunakan poli bag.

Kalau pun mau ditanam di pakarangan, akar pohon ini tidak merusak beton rumah. Maka dari itu, budi daya tanaman ini tidaklah susah.

Baca Juga: BMKG: Jabar Kembali Waspada Adanya Potensi Hujan Intensitas Tinggi yang Disertai Kilat dan Diiringi Angin Kencang pada 11 Maret 2020

Masalah untung, bagi petani yang sudah mengenal tanaman belimbing sejak usia lima tahun ini tentu sangat menguntungkan.

Namun, catatannya harus bisa menguasai betul seluk-beluk budi daya Belimbing Dewi.

Bedanya dengan tanaman lain, menanam belimbing tidak banyak komponen yang harus dilakukan.

Baca Juga: Kominfo Gandeng Platform Digital Demi Tangkal Penyebaran Hoaks Virus Corona

Setelah ditanam, yang perlu dilakukan hanya merawatnya secara intensif, menjauhkan dari hama.

"Kalau padi kan nanam lagi, macul lagi mumukin lagi belum hamanya," kata Mukhlis yang sudah fokus melakukan budi daya Belimbing Dewi dalam enam tahun terakhir, saat ditemui Pikiranrakyat-depok.com di Festival Belimbing di Balaikota Depok, Selasa 10 Maret 2020 lalu.

Menurutnya Belimbing Dewi sangat bersahabat dengan pupuk organik khususnya kotoran kambing.

Baca Juga: Batalnya Peninjauan Veneu Pertandingan Piala Dunia U-20 2021, Iwan Bule: Saya Harap Secepatnya Ditetapkan

Dengan menggunakan pupuk organik ini, buah belimbing dewi diyakini bentuknya lebih proporsional, lebih keras, dan rasanya pun lebih manis.

Hanya, Mukhlis mengingatkan tips merawat tanaman Belimbing Dewi ini harus rajin-rajin menyemprot tanaman dengan obat anti hama.

"Kalau enggak disemprot (pangkal buahnya) dimakan ulat enggak jadi buah. Kemudian si hama bisa jadi lalat," ujarnya.

Baca Juga: Manfaat Konsumsi Pisang, Menjaga Kesehatan Jantung hingga Meningkatkan Mood

Pesatnya Pembangunan Perumahan di Kota Depok

Evolusi varietas belimbing dewi sejalan dengan perkembangan pembangunan yang sangat pesat di kota ini sebagai kota penyanggah Jakarta.

Petani, kini tidak bisa banyak berbuat karena banyaknya lahan yang harus direlakan ke pengembang untuk dijadikan hunian komersial.

Baca Juga: Pasien Terinfeksi Virus Corona di Indonesia Bertambah Jadi 27 Orang, Berikut Ini Rinciannya

Mukhlis kini tidak bisa lagi memperluas bisnisnya hanya karena keterbatasan lahan di kotanya.

Meski demikian, Mukhlis memiliki sebanyak 1.000 pohon dengan produktivitas mencapai 1-3 kwintal per tiga bulan.

"Blimbing banyak mengalami penurunan karena banyak lahan yang sudah diganti sama rumah. Sekarang rawat yang ada mau nanam lagi suda tidak ada lahan (lagi). Rawat yang ada saja," tuturnya.

Baca Juga: Sopir Toyota Avanza Kabur Tinggalkan Narkoba dan Istri di Mobil Saat Ada Razia

Konversi lahan di kotanya diakui menjadi masalah besar untuk keberlanjutan budi daya Belimbing Dewi.

Mukhlis pun kena getahnya dari pesatnya pembangunan perumahan.

Satu hektare lahan miliknya harus dikorbankan ke pihak pengembang.

Baca Juga: Crisis Center Virus Corona Depok Terima 10 Aduan Warga

Padahal satu haktere lahan tersebut dapat ditanami 1.000 pohon Belimbing Dewi.

"Mau bagaimana lagi, enggak ada modal. Yaudah apa boleh buat," lanjutnya.

Biaya Produksi Mahal

Baca Juga: Ridwan Kamil Kenalkan Konsep Program Satu Ormas Satu Usaha

Selain konversi lahan, tantangan lain yang dihadapi Mukhlis dan teman-teman soal biaya produksi yang mahal.

Sementara bantuan dari pemerintah setempat hanya ala kadarnya, setahun sekali.

"Tantangan (lain) ke hama. Biaya produksi mahal kayak obat, pupuk enggak tahu pemerintah nanganin ini (bagaimana). Obat hama (dibutuhkan) kalau enggak di semprot dia busuk. Enggak ada subsidi kalau dari dinas bantuan berupa pupuk, obat, dan bungkusan," pungkasnya. ***

Editor: Billy Mulya Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah