Kasus OTG Disebut Akan Bawa Indonesia pada Angka Positif Jutaan, Epidemiolog: Ini Masalah Serius!

30 November 2020, 20:16 WIB
Ilustrasi pandemi Covid-19. /Pixabay/PIRO4D./

PR DEPOK - Masalah pandemi Covid-19 hingga kini belum berakhir, angka penularan Covud-19 kian lama kian meningkat seiring memasuk penghujung tahun.

Dua epidemiologi terkemuka Indonesia mengatakan bahwa kemungkinan angka kasus penyebaran makin tinggi hingga mencapai angka jutaan.

Berdasarkan data resmi terkini dari Satuan Tugas Penanganan (Satgas) Covid-19, terdapat sebanyak 538.883 kasus positif, 450.518 orang yang sembuh, dan 16.945 korban yang meninggal dunia.

Baca Juga: Jadi Klaster Covid-19 Terbesar, Ribuan Pekerja Pabrik di Kabupaten Bekasi Akan di Tes Swab Massal

Namun, menurut ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Dr Pandu Riono dan Dr Dicky Budiman, yang memiliki pengalaman 20 tahun menangani pandemi (termasuk SARS dan HIV) mengatakan bahwa jumlah kasus kemungkinan mencapai angka jutaan.

Kemampuan Indonesia dalam mengendalikan pandemi Covid-19 sangat penting bagi mitra strategis utamanya dan sekutu Australia di saat ketegangan meningkat di Laut Cina selatan.

Kemitraan ekonomi juga semakin penting, dengan kesepakatan perdagangan bebas yang mulai berlaku pada bulan Juli.

Baca Juga: PKS Rilis Logo Terbaru, Sindiran Fahri Hamzah: Supaya Tidak Bayar Utang, Ampun Deh Kasian Kader

Lalu, pada bulan April, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengungkaplan keprihatinannya pada Indonesia.

"Keprihatinan yang besar atas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, dan kami mengharapakan yang terbaik dan dukungan sebanyak yang kami bisa untuk Presiden Widodo, serta tantangan besar yang ia hadapi di sana," kata Morrison seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Sydney Morning Herald pada Senin 30 November 2020.

Diketahui, Australia telah mengarahkan dana bantuan sebanyak 21 juta dolar untuk memerangi pandemi Covid-19.

Baca Juga: Dinilai Over Acting, Tifatul Sembiring: Mas Bima, Apa Semua Pasien di Bogor Diperlakukan Seolah HRS?

Dicky, seorang dokter medis yang kini sedang menulis penelitiannya untuk gelar PhD tentang pandemi di Griffith University Queesland mengatakan bahwa prediksinya saat ini jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia sekitar satu juta karena mayoritas tidak menunjukkan gejala.

"Ini masalah yang sangat serius karena asimtomatik bukan berarti tidak ada penyakit dalam tubuhnya. Jadi kita perlu menempatkan pencegahan sebagai prioritas utama kita. Pencegahan masih lebih baik daripada tertular Covid-19," ucap Dicky.

Lalu, Dr Pandu mengatakan bahwa dirinya belum bisa menyebutkan tepat berapa jumlah kasus sebenarnya di Indonesia, kemungkinan sangat banyak.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Tommy Soeharto Ancam Pengganggu FPI Akan Berhadapan dengan Keluarga Cendana

"Itu banyak, mungkin 10 kali lipat dari data resmi saat ini. Saya kira kami masih belum tahu karena itu tergantung asumsi dan keterbatasan pengujian yang kami miliki, serta kemudian tren kasus baru yang terus meningkat," kata Pandu.

Ketika ditanya mengapa angka infeksi bisa jauh lebih tinggi dari angka resmi, Pandu memberikan tiga alasan utama.

"Anak muda (di Indonesia) banyak, tes yang terbatas, dan ketiga, penularannya masih tinggi, angka positifnya 10 persen atau 12 persen (orang yang dites)," ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Covid-19 Kian Memburuk, Presiden Jokowi Soroti Dua Provinsi di Indonesia

Perkiraan yang disampaikan Pandu dan Dicky lalu didukung dengan sumber diplomatik di Jakarta yang juga mengatakan pada The Sydney Morning Herald dan The Age bahwa mereka yakin tingkat infeksi sebenarnya bisa mencapai 1 juta orang.

Ahli epidemiologi National University of Singapore Jeremy Lim, yang telah meneliti dengan cermat masalah pandemi di Indonesia, juga percaya bahwa Indonesia kemungkinan memiliki jumlah kasus yang jauh lebih tinggi.

Pandu lalu mengungkapkan bahwa jika pemerintah pusat dan provinsi tidak bertindak memberlakukan pembatasan yang lebih keras untuk menekan angka penyebaran, maka menurutnya akan lebih dari 4000 (kasus per hari) dan ia tak dapat melihat puncaknya pada tahun ini.

Baca Juga: Bima Arya Akan Ambil Langkah Hukum Soal HRS, Rocky Gerung: Semoga Dia Kembali Jadi Intelektual

"Masih akan meningkat pada kuartal pertama tahun depan jika mereka tidak melakukan apa-apa. Itu pada kecepatan transmisi saat ini," ujar Pandu.

Pandu sebelumnya menyarankan pada pemerintah untuk gencar mempromosikan atau mengingatkan masyarakat langkah-langkah yang dikenal sebagai "Tiga Ms".

Tiga Ms adalah Masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan untuk menghentikan penyebaran penyakit karena jaga jarak atau social distancing skalah besar dinilai telah gagal.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Sydney Morning Herald

Tags

Terkini

Terpopuler