PR DEPOK - Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Syamsul Arifin menyarankan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 diawali dengan pemeriksaan Covid-19 menggunakan tes cepat antigen.
“Kita tidak bisa memastikan apakah di saat itu orang yang divaksin bebas Covid-19 atau tidak," kata Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Syamsul Arifin dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara.
Sejauh ini vaksin Covid-19 diberikan berdasarkan kejujuran seorang dalam memberikan informasi kesehatannya kepada petugas skrining, terlebih bagi kondisi yang masuk kategori kontra indikasi mutlak misalnya penyakit autoimun.
Penerima vaksin Covid-19 yang sedang terpapar tidak akan merasakan efek samping apapun atas suntikan ini.
Bila seseorang yang terkonfirmasi Covid-19 lolos skrining, maka vaksinasi dinilai membiarkan penyebaran virus corona di lokasi vaksinasi.
Apalagi, jika para pertugas tidak menerapkan protokol kesehatan seperti pemakaian alat pelindung diri (APD) lengkap yang baik dan benar.
Padahal, pemerintah sedang berusaha mencapai target kekebalan kelompok dalam waktu 2,6 tahun.
Angka ini dihitung dari 400.000 suntikan yang dicanangkan Menkes per hari untuk 70% dari jumlah penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak 271.349.889 jiwa.
Sementara itu, menurut Guru Besar FKM ULM terdapat tiga kemungkinan penyebab seseorang tetap terpapar Covid-19, meski sudah divaksinasi.
Baca Juga: Kuis Kartu Prakerja Berhadiah Total Rp10 Juta, Segera Ikuti dengan Cara Berikut
Pertama, kemungkinan orang yang divaksin telah terkonfirmasi Covid-19 sebelumnya dan berstatus orang tanpa gejala (OTG).
Kedua, kemungkinan antibodi yang terkandung dalam vaksin Covid-19 belum terbentuk dalam tubuh. Zat ini akan terbentuk dalam tubuh setelah vaksin dosis kedua masuk ke badan pada minggu keempat.
Ketiga, kemungkinan efikasi vaksin Covid-19 hanya sebesar 65%, sehingga empat minggu setelah vaksinasi ini masih bisa mengalami kegagalan yaitu sekitar 35%.
Dengan demikian, jika kontak dengan OTG tanpa protokol kesehatan, kemungkinan dapat tertular meski sudah menjalani vaksinasi Covid-19 tahap kedua.
Sebelumnya, Wagub NTB Sitti Rohmi Djalilah terjangkit Covid-19. Padahal diketahui pria tersebut sudah menuntaskan vaksinasi Covid-19 tahap kedua.
Diduga akibat terpapar dari asisten rumah tangganya yang kembali bekerja di pendoponya.
“Bibik ini tiba-tiba hilang penciuman, langsung di-swab dan positif,” kata suami Wagub NTB Sitti Rohmi Djalilah, Khairul Rizal.
Baca Juga: Soal Dugaan Korupsi Pengadaan Lahan Rumah DP 0 Persen, Komisi B DPRD DKI Panggil Direksi Sarana Jaya
Sitti memperoleh vaksin Covid-19 Sinovac tahap pertama pada 14 Januari 2021. Kemudian, tahap kedua pada 28 Januari 2021.
Asisten rumah tangga Sitti diduga terjangkit Covid-19 setelah kembali dari kampung halamannya dan disinyalir menularkan kepada Sitti.
Meski demikian, kondisi Sitti sudah cukup baik.
“Walaupun positif, kondisi baik tidak bergejala, mungkin pengaruh vaskin Covid-19 sudah bekerja,” kata Khairul.
Covid-19 tidak hanya menimpa Sitti, tapi suaminya dan tujuh orang yang tinggal serumahnya di pendopo. Suaminya adalah anggota DPRD Provinsi NTB dari Partai Nasdem.
Kadiskes NTB Provinsi NTB, Lalu Hamzi Fikri mengatakan bahwa Sitti, Khairul, dan tujuh orang lainnya yang tinggal serumah di pendopo berstatus OTG Covid-19 untuk menjalani isolasi mandiri dan pengawasan tim dokter RSUD Provinsi NTB.
“Bu Wagub dan keluarga dalam keadaan baik saat ini,” ucapnya.***