PR DEPOK – Pengamat politik Indo Barometer, Muhammad Qodari menuturkan pendapatnya mengenai polemik yang sedang menerpa Partai Demokrat.
Qodari mengatakan bahwa Partai Demokrat adalah suatu ‘partai kendaraan politik’ dalam masa-masa awal.
Hal tersebut dilontarkan Qodari dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Jumat, 19 Maret 2021.
“‘Partai kendaraan politik’ ini boleh dikatakan sampai titik ekstrem tertentu itu adalah partai Fans Club,” ucap Qodari sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
Pada saat awal baru berdiri, kata dia, Partai Demokrat adalah partai Fans Club dari Suilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Asosiasi antara SBY dan Demokrat itu kuat. Pada saat sudah menang Pilpres 2004, menang lagi tahun 2009, dia (Demokrat) memang harus bergeser, jangan hanya menggantungkan pada tokoh,” katanya menegaskan.
Qodari menyebutkan bahwa Partai Demokrat harus bertransformasi menjadi organisasi yang kuat pada institusinya.
“Kemudian melahirkan tokoh-tokoh baru, bukan hanya di tingkat nasional tapi juga di tingkat lokal,” ujarnya lagi.
Qodari mengungkapkan bahwa hal tersebut seharusnya dibangun sedemikian rupa sehingga akhirnya Partai Demokrat akhirnya tidak tergantung kepada figur.
“Karena setiap orang ada zamannya dan setiap zaman ada orangnya,” kata Qodari.
Lebih lanjut, ia pun menjelaskan bahwa Partai Demokrat kemudian mengalami patahan-patahan.
“Ketika tahun 2010, terpilihlah seorang Anas Urbaningrum. Lalu pada 2012-2013 ada masalah hukum dan berhenti menjadi Ketua Umum.”
“Ada KLB pada waktu itu yang melahirkan seorang SBY sebagai Ketua Umum. Lalu 2013-2014 suara (Partai Demokrat) turun,” ucap Qodari melanjutkan.
Ia lantas menduga, SBY tengah berusaha melahirkan tokoh baru atau SBY Jilid 2 yang bernama AHY (Agus Harimurti Yudhoyono).
Qodari juga menilai bahwa AHY akan diproyeksikan sebagai idola baru atau suatu ‘lokomotif suara’ baru.
Titiknya, lanjut dia, ketika di 2019 AHY ditawarkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) dan kepada Prabowo sebagai Cawapres.
“SBY itu harusnya berubah analisanya ketika AHY gagal jadi Gubernur (DKI) dan Cawapres,” ujar Qodari.***