Nilai Nadiem Makarim Sudah Saatnya Mundur Jadi Mendikbud, Mustofa: Terlalu Banyak Kasus Bernuansa Khusus

23 April 2021, 08:49 WIB
Mantan anggota BPN Prabowo-Sandiaga, Mustofa Nahrawardaya menilai KPK harus dinahkodai oleh sosok yang memang dikenal anti korupsi. /Twitter.com/@TofaTofa_id.

PR DEPOK – Mantan anggota pemenangan nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Mustofa Nahrawardaya mengatakan, saat ini sudah saatnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mundur dari jabatannya.

Pasalnya, kata Mustofa, selama menjabat sebagai Mendikbud, Nadiem Makarim sudah terlalu banyak membuat kebijakan bernuansa khsusus yang kerap menuai kontroversi.

Saya kira, @nadiemmakarim sudah saatnya undur diri atau dibebastugaskan. Karena terlalu banyak kasus bernuansa khusus,” ujarnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter pribadinya @TofaTofa_id pada Jumat, 23 April 2021.

Baca Juga: Saksi Sidang Habib Rizieq Tampak 'Tertekan', Arief Munandar: Gak Masuk Akal, kalau Murni Kasus Hukum

Cuitan Mustofa Nahrawardaya. Tangkap layar Twitter.com/@TofaTofa_id.

Diketahui, kontroversi yang baru-baru ini datang dari Kemendikbud adalah soal hilangnya frasa agama di dunia pendidikan dan hilangnya nama pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh HasyimAsy’ari di Kamus Sejarah Indonesia Jilid 1.

Sebagai informasi, terkait dengan frasa agama, Nadiem Makarim sudah mengklarifikasi alasan dibuatnya kebijakan tersebut.

Baca Juga: Atta Halilintar Positif Covid-19: yang Abis Ketemu Aku Sama Istri Mohon Segera Swab

“Saya bingung dengan polemik frasa agama ini, karena alasan mengapa kita mengeluarkan Ketuhanan Yang Maha Esa? Karena itu adalah esensi tertinggi dalam keagamaan. Saya kira itu adalah yang terpenting, tapi ternyata ada polemik baru,” katanya seperti dikutip dari Antara.

Nadiem Makarim juga menegaskan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak pernah berencana menghilangkan pelajaran agama.

“Kemendikbud tidak pernah berencana menghilangkan pelajaran agama. Agama merupakan bagian pengembangan sumber daya manusia (SDM) unggul yang bersifat holistik dan tidak terfokus kepada kemampuan kognitif saja,” tuturnya.

Baca Juga: Bandingkan Tingkat Kepuasaan Anies Baswedan dan Ahok-Djarot, Guntur Romli: Sudah Tamat Anies Jadi Gubernur DKI

Mendikbud Nadiem pun mengaku tidak menyangka ketiadaan frasa agama tersebut dapat memicu polemik di masyarakat.

Sementara itu, terkait dengan hilangnya nama pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh HasyimAsy’ari di Kamus Sejarah Indonesia Jilid 1, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengakui ada keteledoran.

“Kesimpulannya, terjadi keteledoran yang mana naskah yang belum siap kemudian diunggah ke laman Rumah Belajar. Tidak ada niat untuk menghilangkan KH Hasyim Asy’ari sebagai tokoh sejarah dalam buku tersebut,” katanya.

Baca Juga: Dituduh Berperilaku Keras kepada Nathalie Holscher, Sule: dalam Rumah Tangga yang Terpenting Gak Selingkuh

Hilmar Farid juga menjelaskan bahwa di dalam kamus sejarah yang sama tetap terdapat peran dari KH Hasyim Asy’ari.

Namun, peran KH Hasyim Asy’ari disebutkan di dalam halaman lain, bukan di dalam lema atau entry.

“Jadi, narasi menghilangkan peran KH Hasyim Asy’ari itu tidak benar. Kami mengakui memang ada kesalahan teknis dan kami memohon maaf. Kesalahan itu seharusnya tidak perlu terjadi,” tuturnya.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Twitter @TofaTofa_id

Tags

Terkini

Terpopuler