Kapan Pasien Isoman Covid-19 Harus Dibawa ke Rumah Sakit? Simak Penjelasan Ahli Berikut Ini

21 Juli 2021, 21:30 WIB
Ilustrasi isolasi mandiri. /Pixabay

PR DEPOK – Dewasa ini semakin banyak jumlah pasien yang seharusnya memerlukan perawatan di rumah sakit (RS) tetapi terpaksa harus menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah.

Kondisi ini disebabkan karena lonjakan kasus Covid-19 dan kapasitas tempat yang terbatas di RS.

Maka dari itu Dokter Samuel Pola Karta Sembiring yang bekerja di RSUP Dr. Hasan Sadikin mengatakan bahwa kita perlu mengetahui dan mengenal tanda-tanda buruk saat isoman.

Baca Juga: Haaland Alot, Chelsea Siapkan Alternatif Penyerang Jangkung VfB Stuttgart

tanda-tanda ini juga berlaku bagi anda yang sedang merawat keluarga isoman di rumah.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari akun Instagram @doktersam, tanda pertama adalah sesak napas semakin berat.

Tanda ini bisa dilihat bila saturasi oksigen kurang dari 93 persen (tanpa oksigen), kemudian terjadi kesulitan berbicara dengan mengucapkan kalimat secara lengkap.

Baca Juga: Ramalan Cinta 6 Zodiak Besok 22 Juli 2021: Libra, Sagitarius, Pisces Komunikasikanlah agar Tak Timbul Konflik

Terakhir frekuensi napas lebih dari tiga puluh kali per menit.

Tanda kedua adalah terjadi penurunan kesadaran. Hal ini bisa dilihat seperti pada orang yang diajak berbicara tetapi tidak memberikan sahutan atau justru berbicara ngawur atau tidak nyambung.

Selanjutnya tidak bangun atau muncul rasa ngantuk berat ketika diberi rangsangan nyeri.

Tanda ketiga terjadi diare atau muntah secara terus-menerus. Kemudian ada sejumlah tanda lain seperti pingsan, nyeri dada atau nyeri perut bagian atas, dan terjadi pendarahan yang tidak terkendali.

Baca Juga: Memphis Depay Minta Fans Barcelon Tak Panggil Dia 'Depay', Ini Alasannya

Kemudian pada anak terdapat sejumlah tanda yang perlu diwaspadai oleh para orang tua di antaranya, terjadi penurunan kesadaran, muntah terus menerus, tidak mau makan dan minum, saturasi oksigen kurang dari 92 persen, dada cekung dan cuping hidung kembang kempis saat benapas, serta frekuensi bernapas meningkat sesuai usia.

Pada usia <2 bulan frekuensinya meningkat 60x per menit. Kemudian pada usia 2-11 bulan frekuensinya meningkat 50x per menit.

Selanjutnya pada usia 1-5 tahun frekuensinya meningkat 40x per menit dan pada usia >5 tahun frekuensinya meningkat 30x per menit.

Baca Juga: Ramalan Cinta 6 Zodiak Besok 22 Juli 2021: Virgo, Ada Hal yang Tampaknya Disembunyikan Pasangan dari Anda

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memantau kondisi anggota keluarga yang sedang menjalani isoman.

Pertama selalu tanyakan kabar entah mengenai kondisi hari ini atau keluhan apa yang terjadi hari ini. Membaik atau memburuk.

Kedua selalu mengetuk pintu. Pastikan pasien memberikan sahutan dan tidak tidur terus-menerus. Jika itu terjadi, maka waspada bila muncul penurunan kesadaran.

Ketiga mengingatkan pasien untuk selalu melakukan pengukuran suhu dan saturasi oksigen.

Baca Juga: Ruben Onsu dan Sarwendah Dampingi Hari Pertama Sekolah Betrand Peto dan Thalia

Keempat mengingatkan pasien untuk mengonsumsi obatnya. Kelima tanyakan kepada pasien mengenai kebutuhan makanan dan obat.

Keenam catat nomor-nomor penting seperti contoh call center 119, nomor puskesmas, dan nomor lainnya.

Ketujuh selalu pastikan kendaraan mobil selalu siap (bila ada).

Baca Juga: Singgung dr Tirta, Haris Pertama: Kritik terhadap Kesalahan Masyarakat dalam Pandemi Sungguh Bersemangat

Terakhir kita harus memperketat pemantauan bila pasien mempunyai gejala demam, diabetes mellitus, dan gambaran pneumonia pada foto toraks.

Salah satu studi mengatakan bahwa pada pasien dengan derajat ringan atau sedang setidaknya mempunyai satu dari ketiga faktor di atas yang kemungkinan bisa memperburuk menjadi derajat berat.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Instagram @doktersam

Tags

Terkini

Terpopuler