PR DEPOK - Mantan kader Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, mengomentari soal pernyataan Rocky Gerung tentang profesor asal Singapura yang memuji Jokowi sebagai sosok yang genius.
Ferdinand Hutahaean menyoroti pernyataan Rocky Gerung yang menyebut sang profesor sebagai buzzer luar negeri lantaran berlebihan dalam memuji Jokowi.
Bahkan, Rocky Gerung menyebut bahwa tidak masuk akal jika tiba-tiba ada orang atau pihak dari luar yang memuji Jokowi secara berlebihan.
Baca Juga: Jadwal Bioskop Trans TV Sabtu, 9 Oktober 2021: The Last Samurai, Marrowbone, dan Dirty Grandpa
Mendengar pernyataan Rocky ini, Ferdinand Hutahaean menilai bahwa bagi sang pengamat politik wajar jika memang pujian terhadap Jokowi terasa tak masuk akal.
"Gak masuk akal, wajarlah, orang tidak punya akal..!!" ujarnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadinya @FerdinandHaean3.
Diberitakan sebelumnya, seorang profesor asal Singapura, Kishore Masbubani, menyebut Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi sebagai sosok yang genius.
Kishore Mahbubani juga menyoroti kemampuan Jokowi dalam menyatukan kembali bangsa yang sempat terpecah karena Piplres 2019.
Namun, pujian terhadap presiden ini nampaknya dinilai tak begitu masuk akal oleh pengamat politik, Rocky Gerung.
Ia mengatakan, pujian tersebut justru akan membuat rakyat malu lantaran melihat sikap dari seorang profesor yang mirip dengan buzzer di Indonesia.
"Tiba-tiba ada seseorang mengatakan (Jokowi) berhasil dan secara sugestif pujian pada Presiden Jokowi. Kita sebagai rakyat justru yang malu, mengapa ada profesor yang seolah-olah kayak buzzer doang," kata Rocky.
Tak hanya itu, pria yang juga seorang filsuf itu mengatakan bahwa semua penelitian yang dilakukan oleh analis dunia, terutama Australia dan Amerika Serikat, mengatakan bahwa Jokowi telah gagal dalam segala hal.
Oleh karena itu, Rocky Gerung menilai tak masuk akal jika tiba-tiba ada seorang profesor yang tanpa melakukan research memuji Jokowi sebagai seseorang yang genius.
"Kan nggak masuk akal kalau tiba-tiba pujian itu berlebih. Kalau pujiannya standar standar juga masih masuk akal. Ini 'oh genius, genius dalam soal ekonomi, yaitu meningkatkan ekonomi bertumbuh 10 persen dan meroket. Genius dalam demokrasi, meninggalkan keterbelahan bangsa'. Apa genius tuh bangsa yang sampai sekarang masih terbelah?" kata sang pengamat politik.***