PR DEPOK - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah ikut mengomentari polemik pemilihan tokoh Mustafa Kemal Ataturk sebagai nama jalan di DKI Jakarta.
Tak sedikit pihak, salah satunya Fadli Zon yang menyarankan tokoh Muhammad Al Fatih yang dijadikan nama jalan, dibanding Mustafa Kemal Ataturk.
Namun, Fahri Hamzah justru menilai pemilihan Muhammad Al Fatih itu kurang pas apabila disandingkan dengan tokoh Soekarno.
Mengingat sebelumnya, pemilihan tokoh Mustafa Kemal Ataturk merupakan bentuk penghormatan terhadap pemerintah Turki yang juga memberi nama jalan di Ankara dengan "Ahmet Soekarno".
Fahri Hamzah pun menganalogikan dengan menyandingkan foto tokoh-tokoh bersangkutan, seperti Muhammad Al Fatih, Mustafa Kemal dan Soekarno.
Menurutnya, foto Soekarno lebih pas disejajarkan dengan foto Mustafa Kemal Ataturk karena sama-sama berdasi dan mengenakan jas.
Sementara itu, ia menilai tokoh Muhammad Al Fatih lebih pas disandingkan fotonya dengan Wali Songo.
Baca Juga: Selain Cristiano Ronaldo, 4 Pemain Berikut Bisa Mengakhiri Karier Internasional di Piala Dunia 2022
"Sandingkan foto: Sukarno - Mustafa (sama2 paki jas dan dasi). Walisongo - Alfatih (sama2 pakai sorban)," ujar Fahri Hamzah seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @Fahrihamzah pada Kamis, 21 Oktober 2021.
Analogi tersebut menurutnya lebih tepat disebut sebagai pertukaran tokoh untuk dijadikan nama jalan di dua negara, yakni Indonesia dan Turki.
Selain itu ia juga menanyakan kembali terkait bersediakah Turki apabila Muhammad Al Fatih yang dijadikan nama jalan di Indonesia.
Baca Juga: Ashanty Sebut Arsy Hermansyah Ingin Syuting Film Lagi: Jiwa Seninya Kentel
"Ini lebih pas jadi tukeran. Lagian tanya turkinya mau gak?," ucapnya.
Bukan tanpa alasan, hal itu disampaikan lantaran menurut Fahri Hamzah penggantian nama jalan tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan dua negara.
Dia menyebut hal itu sebagai konsep sister city yang disepakati dan ditandatandangi dua negara, dalam kasus ini adalah Turki dan Indonesia.
"Nama jalan, sama dengan konsep sister city itu resiprokal (ada di sini - ada di sana) lalu disepakati, lalu teken bareng," ucap Fahri Hamzah menambahkan.
Baca Juga: Sosok Stefan William di Mata Celine Evangelista: Laki-laki Terbaik yang Pernah Aku Temui
Dengan demikian, Fahri Hamzah menilai penamaan jalan itu bukan dilakukan sepihak sehingga semaunya mengusulkan nama Muhammad Al Fatih.
Dia juga heran dengan sejumlah pihak yang justru menyebut argumennya sebagai bentuk dukungan terhadap tokoh Mustafa Kemal Ataturk dan dikaitkan dengan sekularisme.
"Bukan maunya kita sepihak. Jadi jangan sepihak. (Lagi ngomong gini tiba2 ada yg bilang wah pro attaturk, dulu anti sekuler, dia berubah). #JakaSembung," tuturnya.
Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 21 Oktober 2021: Keceplosan Elsa Soal Rendy Buat Aldebaran dan Andin Syok
Seolah tak ingin berlarut-larut, mantan Wakil Ketua DPR RI tersebut meminta publik untuk menyerahkan urusan penggantian nama jalan itu kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Terlepas dari tokoh yang dipilih nantinya, ia meminta semua pihak untuk menerima dan menghormati keputusan gubernur.
"JADI KITA TUTUP SOAL NAMA JALAN RAYA. Percayakan pak Gubernur untuk nego. Apapun keputusan kita ikut aja," kata Fahri Hamzah menutup pernyataan.
Diketahui sebelumnya, rencana penggantian nama jalan di DKI Jakarta dengan nama Mustafa Kemal Ataturk ramai diperbincangkan publik.
Pasalnya Mustafa Kemal Ataturk merupakan tokoh sekuler Turki yang memiliki sejarah kelam dalam Islam di Turki.
Hal itu lantas membuat banyak pihak menyarankan nama lain yang lebih pas digunakan sebagai nama jalan, dibanding Mustafa Kemal Ataturk.
Namun Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari program kerja sama antara Turki dan Indonesia.
"Jadi sama-sama ini Insya Allah bagian dari kerja sama antara Indonesia dan pemerintah Turki," kata Ahmad Riza dilansir Antara.
Baca Juga: 5 Pemain yang Kesulitan Mencetak Gol Lewat Penalti, Ada Edin Dzeko hingga Lionel Messi
Kemudian perihal nama tokoh, ia menyebut nama jalan yang dipilih sebagau kesepakatan yang dilakukan oleh dua negara.
"Jadi memang ada keinginan dari kedua negara agar ada nama dari kita yang di Turki dan nama tokoh dari Turki di kita," ucapnya.***