Sejarah Letusan Gunung Semeru, BNPB: Tahun 1941-1942 Terekam Aktivitas Vulkanik dengan Durasi Panjang

5 Desember 2021, 10:30 WIB
Erupsi Gunung Semeru 4 Desember 2021 menyebabkan hujan abu vulkanik di sejumlah wilayah. /Dok. BNPB

PR DEPOK – Abdul Muhari selaku Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB menjelaskan bahwa sejak tahun 1818, Gunung Semeru memiliki catatan letusan.

Namun, menurutnya, letusan Gunung Semeru pada tahun 1818 hingga 1913 tidak terdokumentasikan secara baik dan detail.

"Catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. Kemudian pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang," kata Abdul Muhari sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara pada 5 Desember 2021.

Baca Juga: Update Korban Erupsi Gunung Semeru: Ratusan Warga Harus Mengungsi

Leleran lava Gunung Semeru dibeberkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada 21 September 1941 hingga Februari 1942.

Pada saat itu, letusan Gunung Semeru terjadi hingga lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik pun hingga menutup pos pengairan di Bantengan.

Setelah itu, aktivitas vulkanik di Gunung Semeru tercatat pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 - 1957, 1958, 1959, 1960.

Baca Juga: 38 Orang Terdampak Erupsi Gunung Semeru Telah Dievakuasi, Sebagian Besar Mengalami Luka Bakar

Kemudian, Gunung Semeru juga merupakan salah satu gunung api yang masih aktif, seperti pada pada 1 Desember 1977 guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar.

Awan panas pada saat itu mengarah juga ke wilayah Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang dengan volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3.

Aktivitas vulkanik kian berlanjut dan tercatat pada 1978 hingga 1989.

Baca Juga: Disebut Mirip Lucinta Luna Setelah Ubah Penampilan, Ini Tanggapan Cita Citata

Dalam hal ini, PVMBG telah mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007, dan 2008.

Pada 22 Mei 2008, Gunung Semeru empat kali guguran awan panas mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

Berdasarkan data yang dimiliki PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru.

Baca Juga: Disebut Mirip Lucinta Luna Setelah Ubah Penampilan, Ini Tanggapan Cita Citata

Adapun karakter letusannya, Gunung Semeru memiliki tipe vulcanian dan stromboilan yang berarti terjadi tiga sampai empat kali setiap jam.

Untuk karakter letusan stromboilan, akan terjadi pembentukan kawah dan lidah lava baru. Sedangkan, vulcanian adalah letusan eksplosif yang mampu menghancurkan kubah dan lidah lava.

Gunung Semeru untuk saat ini berada di Level II atau Waspada. Atas dasar hal tersebut, BNPB mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru.

Baca Juga: Cuek pada Gala Sky hingga Acuh Lihat Makam Vanessa Rusak, Sikap Janggal Doddy Sudrajat Diungkap Marissya Icha

Kemudian, jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan serta mewaspadai awan panas guguran-guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Radius dan jarak rekomendasi selanjutnya akan dievaluasi terus untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

"Kedua, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Ketiga, perlu diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan. Keempat, mewaspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk," kata Abdul Muhari.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler