AS dan Inggris Walk Out dari Pertemuan G20 Gegara Kehadiran Rusia, Begini Respons Indonesia

21 April 2022, 13:35 WIB
Pertemuan anggota G20. Indonesia berupaya menjaga situasi meski AS, Inggris, dan Kanada walk out karena kehadiran delegasi Rusia. /Mast Irham/Reuters/

PR DEPOK – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) hingga Inggris melakukan aksi walk out dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ke-2.

Indonesia melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani lantas menanggapi aksi walk out AS dan beberapa negara dalam pertemuan G20 tersebut.

“Menariknya meski dalam hal ini ada kecaman keras terkait perang di Ukraina oleh Rusia namun semua anggota justru mendasari perlunya kita untuk terus menjaga kerja sama G20 dan pentingnya multilateralisme,” ujar Sri Mulyani seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Baca Juga: Saluran TV Taiwan Meminta Maaf atas Kekeliruan Berita Serangan China di Taipei

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS, Kanada, dan Inggris melakukan aksi walk out dari pertemuan G20 sebagai bentuk protes atas kehadiran delegasi Rusia yang diselenggarakan di Washington D.C AS.

Menurut Sri Mulyani, dengan adanya negara-negara yang diundang termasuk Ukraina dan organisasi internasional maka pandangan mengenai risiko ekonomi global dapat diakomodasi dengan baik.

“jadi dalam hal ini, tidak sepenuhnya mengejutkan. Apalagi bagi kita sebagai ketua sudah dilakukan tanpa mengganggu atau menimbulkan masalah dalam pembahasan kita,” katanya.

Baca Juga: Segera Login di sso.bpjsketenagakerjaan.go.id dan Cek Status Nama di BPJS Ketenagakerjaan tuk Cairkan BSU 2022

Ia juga turut menyatakan keprihatinan atas perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung.

“Pertemuan itu diadakan dalam situasi yang menantang karena perang Rusia melawan Ukraina berlanjut dan dampaknya dirasakan oleh negara-negara di luar Eropa. Para anggota menyatakan keprihatinan mendalam tentang krisis kemanusiaan, dampak ekonomi dan keuangan akibat perang, dan menyerukan diakhirinya perang sesegera mungkin,” kata Menkeu seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Keuangan.

Menkeu mengatakan banyak negara anggota mengutuk perang sebagai hal yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan, serta merupakan pelanggaran hukum internasional.

Beberapa anggota juga mengungkapkan keprihatinan tentang konsekuensi ekonomi dari sanksi tersebut.

Baca Juga: Ukraina Klaim Bebaskan 1.000 Pemukiman dari Kendali Rusia, Zelensky Ungkap Tak Ada Alternatif Perdamaian

Perang menurut mereka akan terus menghambat proses pemulihan ekonomi global yang menimbulkan kekhawatiran, khususnya pada ketahanan pangan dan harga energi.

Pasalnya, negara-negara dengan penghasilan rendah dan rentan akan sangat terpengaruh karena mereka menghadapi tantangan seperti ruang fiskal yang terbatas dan kerentanan utang yang tinggi.

“Para anggota menggarisbawahi peran penting G20 sebagai forum utama kerja sama ekonomi internasional untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang beragam dan kompleks saat ini. Anggota juga mendukung adaptasi agenda yang ada untuk memungkinkan G20 mengatasi dampak ekonomi dari perang sambil juga mempertahankan komitmen untuk mengatasi tantangan global yang sudah ada sebelumnya dan memimpin dunia kembali pada pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, inklusif, serta seimbang,” ujar Menkeu.

Baca Juga: Soal Perang di Ukraina, FBI dan CIA Khawatir Mata-mata Utusan Vladimir Putin Sudah Menyusup ke AS

Tidak hanya itu, para anggota dalam pertemuan G20 juga berbagi pandangan bahwa perang telah membuat pertumbuhan global serta pemulihan jauh lebih kompleks dan melemahkan upaya global yang ada dalam menangani kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi dan kesehatan.

Belum lagi utang yang tinggi di negara-negara yang rentan, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Kemenkeu ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler