Kapolda DIY Turun Tangan Menenangkan Situasi Pasca Bentrok di Yogyakarta

5 Juni 2023, 13:31 WIB
Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, meninjau pengamanan pertandingan antara PSS Sleman versus Bhayangkara FC di stadion Maguwoharjo Sleman, Senin 6 Maret 2023. /Humas Polda DIY/

PR DEPOK - Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) langsung bergerak ke lapangan untuk menghimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh ajakan untuk melakukan kejahatan atau tindakan kriminal setelah terjadi bentrokan atau kerusuhan antar warga di Jalan Tamansiswa, Wirogunan, Yogyakarta.

Suwondo, Kapolda DIY, mengatakan kepada media setelah kerusuhan tersebut bahwa masyarakat dihimbau untuk tidak terpancing melakukan kegiatan yang dapat berakibat pada tindakan kriminal yang akan berdampak negatif pada perekonomian masyarakat. Dia berharap agar situasi di Yogyakarta tetap kondusif.

Suwondo juga menyatakan bahwa kasus bentrokan yang melibatkan dua pihak sedang dalam proses penanganan oleh pihak kepolisian dan sudah melakukan komunikasi dengan semua pihak terkait situasi ini di luar kendali pihak yang telah berkomunikasi dengan pihaknya.

Selain itu, patroli rutin juga dilakukan untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa. Polda DIY bekerja sama dengan Polda Jawa Tengah melakukan koordinasi untuk menjaga wilayah perbatasan DIY dan Jawa Tengah.

Baca Juga: PRJ Kemayoran atau Jakarta Fair 2023: Jam Buka, Harga Tiket, dan Cara Beli Tiket Online

Polda DIY juga menjalankan patroli untuk memastikan bahwa tidak ada orang dari luar DIY yang masuk ke Yogyakarta dan mempengaruhi kondisi keamanan yang sudah tercipta.

Di tengah malam, polisi juga melakukan evakuasi terhadap para pelaku kerusuhan. Kapolda DIY menegaskan bahwa kasus penganiayaan di Parangtritis yang diduga menjadi pemicu kerusuhan sudah dalam penanganan oleh polisi.

"Masyarakat jangan terpancing untuk melakukan kegiatan yang bisa berakibat pada kriminal yang berimbas pada ekonomi masyarakat. Kami berharap suasana Jogja tetap kondusif," ujar Suwondo ditemui usai kerusuhan, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari deskdiy.pikiran-rakyat.com, pada Senin.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk percaya pada penegakan hukum yang dilakukan oleh kepolisian. Diduga kuat, insiden ini berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Bantul beberapa hari sebelumnya, yakni keributan antara kelompok perguruan silat PSHT dengan anggota Brajamusti atau suporter PSIM.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer Besok, 6 Juni 2023: Jangan Ragu Mengambil Keputusan Demi Masa Depan

Dijelaskan bahwa PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) adalah salah satu perguruan silat terbesar di Indonesia. Perguruan ini didirikan pada tanggal 1 Juni 1922 oleh Ki Ngabei Ageng Soerodiwirjo, seorang guru ngaji dan ulama dari Jawa Timur. PSHT berkomitmen untuk mempelajari, mengembangkan, dan memperkenalkan seni bela diri tradisional Jawa kepada masyarakat.

Sebagai salah satu perguruan silat tertua dan terbesar di Indonesia, PSHT memiliki sejarah dan filosofi yang kaya. Filosofi utama PSHT adalah "Setia Hati Terate", yang berarti setia kepada hati yang tulus. Filosofi ini mengajarkan kesetiaan, ketulusan, dan kejujuran sebagai nilai-nilai yang harus dipegang teguh oleh setiap anggota PSHT.

Pada awalnya, PSHT lebih dikenal sebagai aliran silat yang bertujuan untuk membela diri dan menjaga keamanan diri. Namun, seiring berjalannya waktu, PSHT juga mengembangkan diri sebagai organisasi yang memiliki peran sosial dan kebudayaan yang penting. Mereka aktif dalam kegiatan-kegiatan seperti olahraga, seni budaya, pengembangan diri, dan pelayanan masyarakat.

PSHT memiliki teknik-teknik bela diri yang unik dan beragam, termasuk serangan, pertahanan, kuncian, lemparan, dan tendangan. Latihan dalam PSHT juga melibatkan pembelajaran gerakan-gerakan tradisional, kelincahan, kekuatan, dan ketahanan fisik. Selain itu, nilai-nilai moral dan etika seperti rasa hormat, kedisiplinan, kerjasama, dan kesetiakawanan juga ditekankan dalam latihan.

Baca Juga: Hasil Rakernas Golkar, Airlangga Hartarto Diberi Mandat untuk Tentukan Capres dan Cawapres Pemilu 2024

Dalam struktur organisasi PSHT, terdapat tingkatan-tingkatan yang menunjukkan tingkat keahlian dan pengalaman seorang anggota. Mulai dari anggota biasa hingga pengurus dan pemimpin tingkat nasional. Perguruan ini memiliki pengurus pusat yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi kegiatan di seluruh cabang PSHT yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

PSHT juga sering berpartisipasi dalam berbagai kejuaraan dan pertandingan silat baik di tingkat nasional maupun internasional. Mereka juga terlibat dalam upaya pelestarian budaya Jawa dan sering tampil dalam berbagai acara seni budaya dan perayaan tradisional.

Perguruan Silat PSHT menjadi salah satu elemen penting dalam perkembangan seni bela diri tradisional di Indonesia. Mereka tidak hanya berfokus pada aspek fisik bela diri, tetapi juga pada pengembangan karakter dan moral para anggotanya. PSHT terus berupaya menjaga warisan budaya dan mengajarkan seni bela diri kepada generasi muda untuk mewarisi nilai-nilai tradisional yang mereka anut

Sedangkan PSIM Yogyakarta adalah klub sepak bola yang berbasis di Yogyakarta, Indonesia. PSIM sendiri adalah singkatan dari Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram, yang didirikan pada tahun 1950.

Baca Juga: Viral Tawuran antara Dua Kelompok di Yogyakarta, Ini Dugaan Penyebabnya

Suporter PSIM, yang dikenal sebagai suporter setia klub, merupakan kelompok penggemar yang mendukung dan memberikan semangat kepada tim mereka di setiap pertandingan. Mereka sering hadir di stadion untuk memberikan dukungan vokal dan visual kepada para pemain PSIM.

Namun, berdasarkan kabar yang beredar di media sosial, kelompok PSHT yang terlibat bentrokan pada hari Minggu (4 Juni 2023) bukan berasal dari Yogyakarta atau Bantul, melainkan datang dari wilayah Solo Raya (Solo, Sragen, Klaten, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar).

Anggota PSHT dari Yogyakarta, terlebih lagi Bantul, yang menjadi korban serangan oleh oknum suporter, justru aman dan terkendali tanpa adanya aksi massa.

Peristiwa mencekam ini terekam oleh netizen dan diunggah melalui berbagai media sosial. Terjadi bentrokan antarwarga di Jalan Taman Siswa, Kota Yogyakarta, mulai dari sore hingga malam hari pada Minggu (4 Mei 2023).

Baca Juga: Paling Enak dan Laris, Ini 7 Tempat Bakso di Banjarnegara yang Wajib Dicicipi, Cek Lokasinya di Sini

Laporan yang beredar menyebutkan bahwa pada pukul 17.00 WIB di Jalan Kenari Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, sekitar 500 orang massa PSHT datang dengan rencana untuk mendatangi Wisma PSIM di Jalan Mawar I, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta terkait keributan yang melibatkan anggota Brajamusti pada Minggu (28 Mei 2023) di Villa Rangdo Parangdok, Parangtritis, Bantul.

Suwondo menyatakan, kasus bentrokan yang melibatkan dua pihak itu sedang diproses polisi.

"Komunikasi dengan para pihak sudah kami lakukan. Situasi ini di luar dari pihak yang berkomunikasi dengan kami," katanya.

Kelompok massa PSHT dihadang dan diblokade oleh kepolisian dari Polsek Umbulharjo, Polresta Yogyakarta, dan Satuan Brimob Polda DIY, serta anggota Koramil Umbulharjo yang dipimpin oleh Kabag Ops Kompol Mega Tetuko Polresta Yogyakarta, dengan tujuan untuk mencegah bentrok dengan massa Brajamusti.

Baca Juga: Sebut Erick Thohir Sangat Cocok, PAN Yakini untuk Mengusung Ketum PSSI sebagai Bakal Cawapres

Pukul 17.30 WIB, massa PSHT diarahkan keluar dari wilayah Jalan Kenari Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta agar tidak terjadi bentrok dengan warga atau massa Brajamusti.

Pukul 17.46 WIB, massa PSHT didorong oleh pihak keamanan ke arah Jalan Kusumanegara. Pukul 18.15 WIB, massa PSHT masih didorong ke arah Jalan Tamansiswa oleh pihak keamanan.

Pukul 18.55 WIB, massa PSHT diarahkan untuk memutar balik ke utara Jalan Tamansiswa untuk menghindari bentrokan dengan massa/warga yang telah berkumpul di sebelah selatan.

Baca Juga: Cara Login cekbansos.kemensos.go.id Terbaru Bulan Juni 2023 tuk Cek Penerima Bansos BPNT, PBI JK dan PKH

"Kasus penganiayaan di Bantul, tiga orang sudah diproses," ujar dia. Dia berharap masyarakat menyerahkan penegakan hukum kepada polisi.

Hingga menjelang tengah malam, polisi berhasil mengevakuasi kelompok PSHT dan membawanya ke Polda DIY. Namun, sangat disayangkan bahwa peristiwa ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah benda yang ada di Museum Taman Siswa. Di samping itu, banyak sepeda motor milik anggota PSHT yang ditinggalkan di Museum Pendopo Taman Siswa. ***

Artikel ini pernah tayang di Desk DIY Pikiran Rakyat dengan judul Pernyataan Kapolda DIY Terkait Bentrokan Antarwarga yang Terjadi di Yogyakarta

Editor: Linda Agnesia

Sumber: DESK DIY Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler