Muhadjir Effendy: Merokok dapat Menyebabkan Stunting pada Anak

26 Agustus 2020, 13:23 WIB
Ilustrasi orang merokok. (Xinhua) /Xinhua

PR DEPOK - Universitas Muhammadiyah Magelang (Unima) menggelar webinar pada Selasa, 25 Agustus 2020, adapun tema webinar tersebut adalah Indonesia Merdeka-Refleksi Tanggung Jawab Pemerintah dalam Penanganan Covid-19 serta Pengendalian Tembakau dalam pencapaian tujuan SDGs.

Pada webinar tersebut, hadir sebagai pembicara Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari kantor berita Antara Selasa, 25 Agustus 2020, Muhadjir mengatakan kebiasaan merokok di lingkungan keluarga, bisa berdampak pada pertumbuhan anak sedari dalam kandungan yakni kekerdilan (stunting).

Baca Juga: Facebook Berencana Luncurkan Layanan Berita di 5 Negara

"Kebiasaan merokok di lingkungan keluarga, baik suami maupun istri bisa berpengaruh terhadap stunting, karena stunting ini serangannya dimulai ketika anak berada dalam kandungan," katanya.

Lebih lanjut, ia menguatkan pernyataannya bahwa ibu yang memiliki kebiasaan menghisap tembakau berpengaruh terhadap bayi atau janin yang ada dalam kandungan begitupun suami perokok aktif, menciptakan perokok pasif bagi istri yang akan berpengaruh terhadap kandungannya.

"Kalau janinnya sudah terpapar rokok, jangan berharap pertumbuhan berikutnya sempurna, ketika anak sudah sampai pada usia produktif," ujarnya.

Baca Juga: Covid-19 Muncul di Gaza, Warga: Apalagi yang Bisa Diharapkan?

Muhadjir mengatakan, pada usia 18 tahun ke bawah, sejak dari janin ancaman rokok merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat upaya pembangunan manusia Indonesia, yakni pembangunan manusia produktif, berdaya saing tinggi, memiliki kemampuan intelektual, dan kemampuan kecakapan keterampilan yang baik serta akhlak yang mulai.

Dirinya menyatakan, pada usia 3 hingga 5 tahun, anak harus ditanamkan kebiasaan baik.

Lebih lanjut, ia mengatakan salah satu kebiasaan berbahaya adalah ketika anak-anak menyaksikan lingkungan sekitarnya merokok, terlebih orang tua, dan tetangga terdekat maka termasuk hal yang penting adalah mengenalkan bahaya rokok sejak dini.

Baca Juga: Hadir dengan Fitur Pelacakan Kesehatan Canggih, Fitbit Sense Versa 3 Bantu Pengguna Atasi Stres

"Oleh karena itu, sejak dini anak-anak harus mulai dikenalkan tentang bahaya merokok," imbuhnya.

Ia menyatakan, pengaruh signifikan terhadap anak-anak, yakni ketika lingkungan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap anak itu merokok, mereka juga sudah mulai merokok.

"Saya ada pengalaman masa kecil, saya punya saudara dinas sebagai pelaut waktu itu kalau pulang sering membawa rokok, saya sering diajari merokok, jadi saya mulai tertarik merokok pada usia SD. Ini pengalaman saya, contoh yang tidak baik," ucapnya.

Baca Juga: Cerita Agustinus Rumere, Bocah Papua yang Muncul di Uang Pecahan Rp75 Ribu

Dirinya pun merasa terberkahi karena tidak menjadi perokok, adapun alasannya karena lingkungan keluarga terutama ayahnya bukan penikmat rokok, serta guru beladiri ketika ia SMP tidak mengizinkan muridnya merokok.

"Hal tersebut kemudian membuat saya menjadi orang bukan perokok. Ini perlu saya sampaikan, karena penting pada usia anak tersebut yang namanya contoh, keteladanan yang baik terutama untuk sikap negatif terhadap perokok itu penting ditanamkan sejak anak usia dini," tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler