Soal Tragedi G30SPKI, Muncul Firasat Buruk MT Haryono Saat Prajurit Tjakrabirawa Datangi Kediamannya

30 September 2020, 19:50 WIB
Pelataran Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. /Aditya P Putra/Antara

PR DEPOK - 30 September menjadi salah satu hari yang paling bersejarah di Indonesia.

Pada 30 September tercatat peristiwa memilukan yang menyasar para pahlawan revolusi.

Peristiwa tersebut adalah Gerakan 30 September/PKI (G30S PKI).

Kekejian yang terjadi dalam G30S PKI berlangsung hingga keesokan harinya yakni pada 1 Oktober 1965.

Tepatnya saat dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh.

Salah satu korban dalam peristiwa tersebut adalah Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo (MT) Haryono.

Baca Juga: Dikejar Kawanan Anjing Liar, Wanita 65 Tahun Tewas Usai Alami Serangan Jantung

Saat pukul 04.30 WIB dini hari, terjadi sebuah insiden yang tak terlupakan oleh keluarga MT Haryono, khususnya Rianto Nurhadi yang merupakan putra ketiga dari MT Haryono.

Rianto menceritakan dengan jelas bagaimana peristiwa G30S/PKI tersebut menimpa ayahnya.

Pria yang akrab dipanggil Riri itu masih ingat betul kejadian saat munculnya teriakan prajurit Tjakrabirawa dari luar rumahnya.

Saat itu keluarga MT Haryono tinggal di Jalan Prambanan Nomor 8, Menteng Jakarta Pusat.

"Jenderal, keluar jenderal! Ada perintah dari Istana," kata Riri memperagakan suara teriakan yang ia dengar saat kejadian G30S PKI, seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari RRI.

Baca Juga: Dianggap 'Mbalelo', Arief Poyuono Minta Jokowi Nonaktifkan Anies Baswedan sebagai Gubernur Jakarta

Setelah mendengar teriakan tersebut, sang ibu membangunkan ayahnya yang masih terlelap kala itu.

"Dan ibu kami memberitahukan dan membangunkan ayah. Setelah itu, ayah bilang besok saja," ujar Riri mengenang.

Pada saat itu, Riri masih berusia 9 tahun. Lalu ia menjelaskan bahwa ibunya, Mariatni langsung mengunci pintu kamar.

MT Haryono langsung menyadari dan bangun dari tidurnya. Dia menyuruh istrinya untuk membawa anak-anaknya pindah ke kamar paling pojok, yang berada di depan.

"Pada saat itu, Ayah bilang bahwa mungkin ini sudah waktunya ia pergi. Lalu, ayah saya menyuruh ibu saya untuk melindungi anak-anak dengan pindah ke kamar lainnya, tepatnya kamar yang paling pojok," ujar Riri.

Tak lama, prajurit Tjakrabirawa masuk dari pintu depan sambil membrondong dengan tembakan yang mengakibatkan pintu rumah MT Haryono hancur.

Baca Juga: Kerap Tarik Perhatian, Berikut Profil Pierre Tendean Pahlawan Revolusi Ajudan Jenderal AH Nasution

Lalu, setelah merusak pintu, prajurit Tjakrabirawa mulai masuk ke dalam kamar utama.

Namun, saat itu MT Haryono berusaha menghalangi dua prajurit Tjakrabirawa agar tidak masuk ke dalam kamar utama.

"Jadi ayah saya menghadapi mereka sendirian. Dari situlah pintu kamarnya ditembaki. Saat ayah saya mencoba merebut senjata itu, dia ditembak dari belakang. Disitulah kemudian ayah saya gugur," ujar Riri.

Pahlawan yang pada awalnya bercita-cita sebagai dokter tersebut lalu dibawa oleh prajurit Tjakrabirawa ke lubang buaya bersama kelima jenazah perwira AD lain beserta satu perwira menengah.

Jenazah para pahlawan revolusi tersebut ditimbun dalam sumur tua, kemudian baru dikeluarkan pada 4 Oktober 1965.

Setelah itu, jenazah para pahlawan tersebut dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada 5 Oktober 1965.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler