Kawanan Gajah Sumatra Dikalungkan Alat, Pergerakannya Bisa Dipantau Setiap Hari Melalui Satelit

15 Oktober 2020, 07:19 WIB
Ilustrasi kawanan gajah. /Luxstorm/Pixabay

PR DEPOK – Pergerakan kawanan gajah di kantong habitat Balai Raja, Giam Siak Kecil, dan Petapahan di Provinsi Riau kini dapat dipantau secara langsung.

Pemantauan pergerakan tersebut bisa diakses melalui pemasangan kalung GPS dan kamera jebak (camera trap) yang diberikan oleh PT CPI.

Senior VP Corporate Affairs PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) Wahyu Budiarto memberikan pernyataan terkait bantuan sistem navigasi tersebut, pada Selasa 14 Oktober 2020.

Baca Juga: TikTok Hadirkan Siaran Langsung Bersama BLACKPINK Akhir Oktober 2020 Susul Peluncuran 'The Album'

Wahyu mengatakan, sistemnya yang berbasis satelit itu berupa tiga GPS Collar dan 18 kamera jebak yang akan diserahkan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta.

“Dengan mengalungkan alat tersebut, pergerakan kawanan gajah dapat dipantau melalui satelit sehingga potensi konflik dengan manusia dapat dimitigasi secara dini," kata Wahyu dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara, Kamis 15 Oktober 2020.

Dia mengungkapkan, terobosan ini diharapkan mampu mengurangi kerentanan hidup Gajah Sumatra dan satwa liar lainnya akibat konflik maupun perburuan manusia.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Ancam Yogyakarta Saat La Nina, BMKG Imbau Warga Waspadai Bencana Hidrometeorologi

Bantuan peralatan tersebut merupakan bentuk dalam mengupayakan penyelamatan Gajah Sumatra (elephas maximus sumatranus).

Bagian dari kerja sama ini terdiri dari multipihak antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, PT CPI, dan Perkumpulan Gajah Indonesia (PGI).

“Kerja sama penyelamatan Gajah Sumatra ini selaras dengan salah satu nilai perusahaan kami, yakni Melindungi Manusia dan Lingkungan," ujar Wahyu.

Sementara itu, Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengharapkan kerja sama multipihak ini dapat menjadi model konservasi Gajah Sumatra di daerah lainnya.

Baca Juga: Prabowo Dinilai Kurang Lantang oleh Pendukungnya, Pengamat: Bisa Berpotensi Beralihnya Dukungan

Wiratno mengatakan, upaya konservasi seperti ini harus menjadi gerakan bersama, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah.

“Bantuan GPS Collar dan camera trap ini adalah bentuk kepedulian dari berbagai pihak termasuk private sector (sektor swasta) tentang keselamatan satwa liar kebanggaan kita," ujar Wiratno.

Ketua PGI Donny Gunaryadi juga mengatakan kantong habitat gajah di Balai Raja, Giam Siak Kecil, dan Petapahan adalah kantong habitat yang penting karena memiliki jumlah gajah yang banyak dan pergerakannya yang cukup jauh.

"Diharapkan dengan pemasangan GPS Collar ini dapat membantu untuk menangani konflik tersebut dengan lebih baik," tuturnya.

Baca Juga: Fotonya Viral sebagai Meme, Ini Identitas dan Kabar Terbaru Pria Bermuka Galak yang Ramai di Medsos

Kegiatan pemasangan ketiga GPS Collar direncanakan pada akhir Oktober 2020. GPS Collar akan dikalungkan di leher gajah dewasa dominan di kelompoknya.

Pergerakan kelompok gajah akan terpantau setiap harinya. Data pergerakan gajah, selain digunakan sebagai alat deteksi dini, juga dapat dianalisis sebagai dasar perencanaan konservasi gajah di masa mendatang.

Untuk camera trap, sebagian dipasang di area perlintasan gajah dan sebagian lainnya dapat dimanfaatkan untuk mendukung program pelestarian satwa-satwa liar di Riau, seperti harimau, macan dahan, beruang, dan lain-lain.

Sebagai pelaksana program, PGI juga menggandeng Rimba Satwa Foundation (RSF) sebagai mitra konservasi di tingkat lokal.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler