Joko Widodo Diusulkan jadi Cawapres 2024 oleh Petinggi Golkar, Ini Kata Rocky Gerung

30 Oktober 2020, 18:50 WIB
Kolase foto Rocky Gerung (kiri) dan Presiden Joko Widodo (kanan).* /Tangkapan layar Youtube Najwa Shihab dan Dok. PR./

PR DEPOK - Baru-baru ini muncul satu usulan unik yang dilontarkan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Golkar, Leo Nababan.

Dirinya mengatakan bahwa Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar dinilai sebagai sosok yang tepat menjadi calon presiden (Capres) 2024.

Usulan unik tersebut bukan soal itu, akan tetapi usulan terkait Joko Widodo sebagai calon wakil presiden (Cawapres) untuk mendampingin Airlangga Hartarto di Pilpres 2024 mendatang.

Baca Juga: Rusia Sindir Prancis Soal Karikatur Nabi Muhammad SAW: Media Anti-Islam tak Akan Diizinkan Beredar

Terkait usulan tersebut, pengamat politik Rocky Gerung turut memberikan tanggapan berupa kritikan.

Kritikan itu dilontarkan Rocky Gerung dalam video perbincangan dirinya dengan Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN), yang diunggah di akun YouTube pribadinya Rocky Gerung Official.

Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, Jumat 30 Oktober 2020, Rocky Gerung sembari tertawa menyindir usulan unik yang diucapkan oleh Leo Nababan tersebut.

"Jangan-jangan sebetulnya Pak Jokowi yang mengiginkan itu lalu pakai nama Golkar, lewat Leo Nababan," kata Rocky Gerung.

Baca Juga: Tengah Sampaikan Ceramah, Seorang Ustaz Ditikam hingga Alami Luka di Bagian Leher dan Tangan

Lebih lanjut, Rocky Gerung mengakui bahwa usulan Leo Nababan tersebut sangat menarik. Pasalnya, hal itu seolah-olah mencerminkan ketiadaan sosok pemimpin di negeri ini.

"Kalau Airlangga Hartarto jadi presiden, itu bagian dalam kompetisi elektoral. Tapi, kalau Pak Jokowi turun jadi wapres itu artinya kehilangan stok kaderisasi politik," ucapnya.

Ia pun menambahkan usulan dari Leo Nababan soal Airlangga Hartarto jadi Capres serta Jokowi jadi Cawapres di Pilpres 2024 mendatang.

Usulan tambahan tersebut adalah Megawati Soekarnoputri seharusnya menjadi Ketum Partai Golkar untuk menggantikan sosok Airlangga Hartarto.

Baca Juga: Diduga Berkenalan dengan Pria di Facebook, Seorang Anak Remaja Hilang Selama 1 Tahun

"Mustinya sekaligus diusulkan, Airlangga jadi presiden, lalu Pak Jokowi jadi wapres, itu berarti Golkar tak punya ketua. Maka saya tambahkan supaya digantikan oleh Ibu Megawati," ujar dia.

Selain itu, Rocky Gerung pun menambahkan usulan, "Pak Ma'ruf Amin sebagai mantan wapres sebaiknya menjadi Ketum PDI Perjuangan, jadi terjadilah sirkulasi elit sebetulnya."

Dengan situasi tersebut, Rocky Gerung menyebutkan hal itu benar-benar menunjukkan bahwa politik hanya dikuasai oleh sekelompok elit di negara ini.

Akan tetapi, kata dia, hal tersebut bisa saja menjadi masalah apabila masyarakat menganggap kondisi tersebut sebagai bagian dari hiburan politik.

Baca Juga: Tanggapi Sindiran Hasto, Adian: Ambisi dan Imajinasi Menteri Lebih Berbahaya dari Demonstrasi

Sementara itu, menurut Rocky Gerung pengendalian politik di Indonesia sudah terjadi dalam skala yang lebih kecil dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Indonesia lakukan hal yang sama walaupun di tingkat kabupaten, wali kota, kan ada yang turun jadi wakil, terus dia naik lagi. Ada wali kota yang kemudian digantikan oleh istrinya dan sebagainya.

Dengan demikian, ujarnya, tukar tambah di antara elit sebetulnya dalam upaya menghalangi perubahan politik.

"Kita melihat gejala ini yang menjadi sebuah kebingunan bagi masyarakat, apa sebetulnya yang disebut dengan demokrasi yang riil," ucap dia.

***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler